Tahun 2023 Sayang Bumi, Ini Cara Mulai Gaya Hidup Ramah Lingkungan!

By Salsabila Putri Pertiwi, Selasa, 24 Januari 2023 | 07:00 WIB
Berbagai warna tempat sampah (www.yesrecycling.co.za)

CewekBanget.ID - Hayo, ada yang resolusi 2023-nya adalah menerapkan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan?

Isu lingkungan dan krisis iklim memang sudah jadi perbincangan hangat yang mengkhawatirkan selama beberapa waktu terakhir.

Hal ini bisa dilihat dari kondisi cuaca ekstrem yang sering terjadi, masalah sampah yang enggak kunjung usai, dan sebagainya.

Tentunya hal ini sudah dianjurkan sejak sangat lama, tapi kita selalu bisa mulai menjalani gaya hidup yang lebih ramah lingkungan sesegera mungkin.

Mumpung baru tiga minggu menjalani tahun 2023, ini waktunya bagi kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan berkontribusi sekecil apa pun untuk melestarikannya.

Cara-cara ini bisa dilakukan nih, kalau kita pengin menjalani gaya hidup ramah lingkungan di tahun 2023!

Ramah Lingkungan Sehari-hari

Ada banyak sekali cara untuk memulai gaya hidup ramah lingkungan, bahkan dari kegiatan sehari-hari yang paling kecil sekali pun.

Misalnya, kebiasaan mengurangi pemakaian plastik yang limbahnya sulit terurai serta mengancam kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia.

Kita juga bisa mulai menghemat listrik atau mengganti perabotan listrik ke sesuatu yang enggak perlu menggunakan terlalu banyak daya listrik, karena sebagian besar sumber energi listrik sebetulnya masih berasal dari bahan bakar fosil, yang merusak lingkungan.

Bukan cuma menghemat listrik, untuk menjaga lingkungan kita juga harus meminimalkan membuang limbah elektronik, sebab sampah elektronik adalah salah satu bahan yang berbahaya bagi lingkungan.

Baca Juga: Saatnya Terapkan Sustainable Lifestyle, Dimulai dari 5 Hal Kecil Ini!

Bahkan, dari pembuatan barang elektronik saja, beberapa materialnya diambil dari dalam bumi dengan cara yang merusak lingkungan.

Terakhir adalah sesuatu yang sedang hangat dibicarakan warganet selama beberapa waktu terakhir, yaitu kebiasaan menggunakan transportasi umum untuk mobilitas alih-alih menggunakan kendaraan pribadi terus-menerus.

Fyi, emisi kendaraan bermotor merupakan salah satu penyuplai gas rumah kaca (GRK) terbesar dengan berbagai gas yang memicu efek rumah kaca sehingga mengakibatkan perubahan iklim.

Kalau enggak, kita juga bisa berjalan kaki untuk jarak tempuh yang masih terjangkau. Hitung-hitung olahraga, kan?

Mengelola Sampah Makanan

Food waste atau sampah sisa makanan adalah isu lingkungan lainnya yang kadang enggak tersorot, tapi sangat fatal dampaknya terhadap lingkungan.

Sampah makanan yang terbuang dan terurai di tanah akan melepaskan gas metana, salah satu komponen gas rumah kaca yang 86 kali lebih kuat daripada karbon dioksida.

Kita bisa coba mencari cara untuk mengolah sisa bahan makanan agar masih bisa berguna, entah untuk dikonsumsi lagi, digunakan sebagai campuran bahan kompos, atau dialihfungsikan menjadi sesuatu yang baru.

Selain itu, belanjalah di tempat terdekat dan sesedikit mungkin, karena membeli bahan makanan yang sedikit bisa mengurangi pembuangan makanan yang mulai membusuk.

Sementara itu, belanja di tempat terdekat dapat meminimalkan rantai pasok makanan.

Untuk sampah makanan yang tersisa, lakukanlah pengomposan agar sisa makanan enggak terbuang percuma di tempat pemrosesan akhir (TPA) dan masih bisa berguna untuk menyuburkan tanah.

Baca Juga: Pengin Coba Pembalut Kain? 5 Hal Ini Penting Buat Kita Ketahui!

Mengelola Makanan

Bukan cuma limbahnya, pengelolaan pola dan menu makanan sehari-hari ternyata juga berdampak terhadap lingkungan.

Seperti diketahui, makanan adalah salah satu penyumbang gas rumah kaca terbesar, sebab sampah organik yang mengalami pembusukan akan mengeluarkan gas metana. 

Untuk itu, pilihlah pola makan yang bisa mengurangi langsung perubahan iklim, salah satunya adalah menerapkan diet daging merah karena daging ini telah melalui proses operasional yang panjang dan enggak ramah lingkungan.

Masalahnya, enggak seperti ayam atau babi, sapi merah membutuhkan lebih banyak lahan, baik untuk kandang maupun penyiapan pakan, sehingga kadang pembabatan hutan dilakukan demi menyediakan lahan peternakan sapi.

Selain itu, sapi juga merupakan hewan yang mengeluarkan gas metana cukup besar dari kotorannya, bahkan sampai menyumbang hampir 10% gas rumah kaca di atmosfer, lho!

Sebagai gantinya, cobalah untuk mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan makanan laut dari produksi lokal.

Pakai Baju Bekas

Faktanya, pembuatan baju biasanya melalui proses yang amat panjang dan melibatkan campuran bahan-bahan kimia yang berdampak pada lingkungan.

Inilah kenapa, mulai sekarang kita bisa coba untuk menahan diri agar enggak terlalu sering membeli baju baru.

Kalau masih punya baju lama yang layak pakai atau hanya mengalami sedikit kerusakan, perbaiki saja dan gunakan untuk aktivitas kita sehari-hari.

Atau kalau memang perlu beli baju dan memakai baju untuk acara khusus, prioritaskan membeli di toko busana bekas atau secondhanded, serta cari tempat sewa pakaian yang pas untuk kita.

Berbelanja langsung juga bisa lebih diutamakan ketimbang belanja online, sebab pakaian yang dikirim dari tempat yang jauh tentu akan meninggalkan banyak jejak karbon.

 Baca Juga: Istiqlal Jadi Masjid Ramah Lingkungan Pertama di Dunia. Keren!

(*)