Proses Terjadi Sindrom
Sindrom patah hati terjadi ketika stres melemahkan otot jantung.
Hal ini lantaran saat mengalami kejadian yang menyebabkan stres, tubuh memproduksi hormon dan protein seperti adrenalin dan noradrenalin yang mestinya bisa membantu kita mengatasi stres.
Nah, ketika produksi adrenalin terjadi secara berlebihan dan mendadak sebagai respon atas stres, otot jantung bisa jadi kewalahan dan membuat saluran arteri menyempit.
Ini membuat pengangkutan darah ke area jantung terhambat dan aliran darah menuju jantung pun berkurang.
Atau, adrenalin bisa jadi langsung menyerang sel-sel jantung secara langsung, sehingga kadar kalsium yang tinggi memasuki sel-sel jantung.
Kadar kalsium yang tinggi ini menghambat jantung dan sel-selnya untuk berdenyut seperti seharusnya.
Tapi efek adrenalin terhadap jantung selama broken heart syndrome diketahui bersifat temporer dan bisa dicegah.
Jantung yang terkena sindrom ini juga biasanya dapat pulih setelah berhari-hari atau berminggu-minggu.
Bahaya Broken Heart Syndrome
Fakta bahwa broken heart syndrome adalah kondisi sementara enggak lantas menghilangkan risiko bahayanya lho, girls.
Seberapa bahaya sih, broken heart syndrome itu?
Kita harus tahu, sebetulnya broken heart syndrome yang terabaikan bisa sampai mengancam nyawa.
Melemahnya otot jantung akibat sindrom ini dapat berujung pada gagal jantung, tekanan darah rendah, syok, hingga detak jantung enggak normal yang berbahaya bagi nyawa seseorang.
Risiko broken heart syndrome lebih tinggi pada perempuan berusia lanjut atau yang sudah mengalami menopause, meski orang muda dan semua orang pada umumnya juga bisa mengalami sindrom ini.
Namun sekali lagi, jika kita segera berkonsultasi ke dokter dan menangani gejala sindrom patah hati, kita bisa agak lebih lega dan enggak perlu terlalu memikirkan berbagai bahaya akibat sindrom ini.
Baca Juga: Info Drama Korea Lee Jae Wook, Patah Hati di Alchemy of Souls 2!
(*)