Gaji Pokok di Bawah UMR Ternyata Boleh Asalkan dengan Kondisi Ini

By Indah Permata Sari, Jumat, 9 Juni 2023 | 08:55 WIB
ilustrasi gaji (foto : freepik.com)

CewekBanget.ID - Girls, kamu masih bingung soal gaji pokok dan UMR atau Upah Minimum Regional?

Buat kita yang mau memasuki dunia kerja harus paham nih soal gaji pokok beserta UMR.

Agar kita bisa terbebas dari eksploitasi perusahaan dan kita tahu persis apa yang akan menjadi hak kita sebelum bekerja di suatu perusahaan.

Salah satu hal yang membingungkan adalah soal gaji pokok dan juga UMR.

Kerena logikanya jika kita bekerja di suatu perusahaan di wilayah Jakarta misalnya, maka upah yang kita dapatkan harus minimal UMR di Jakarta.

Fyi, UMR ditetapkan setiap tahun oleh Pemerintah Provinsi berdasarkan pertimbangan kondisi ekonomi, inflasi, dan faktor-faktor lainnya.

Jadi wajar antar wilayah di Indonesia memiliki nilai UMR yang berbeda.

Ada juga pekerja yang meski bekerja di Jakarta namun gaji pokoknya di bawah UMR Jakarta.

Nah ini kita harus lihat dulu girls mengenai komponen upahnya.

Komponen upah

Melansir laman hukumonline.com, komponen upah itu terdiri dari:

Baca Juga: Ada Taktiknya, Harus Tahu 5 Tips Nego Gaji Buat First Jobber!

1. Upah tanpa tunjangan

2. Upah pokok dan tunjangan tetap

3. Upah pokok, tunjangan tetap, dan tunjangan tidak tetap

4. Upah pokok dan tunjangan tidak tetap

Nah, perlu dipahami bahwa tunjangan tidak tetap enggak boleh dimasukkan dalam perhitungan upah minimum!

Upah minimum hanya boleh diperhitungkan lewat upah tanpa tunjangan, upah pokok dan tunjangan tetap.

Sedikit menjelaskan, upah tanpa tunjangan berarti adalah upah yang diterima oleh pekerja tanpa adanya tambahan tunjangan.

Misalnya kita ambil dari UMR Jakarta (Rp 4.901.798) yaa, si A menerima upah tanpa tunjangan sebesar Rp 5.000.000 tapi memang dia bersih akan menerima segitu per bulannya tanpa ada lagi tambahan upah lembut, pesangon, dan lain sebagainya.

Kalau tunjangan tetap adalah upah pekerja yang secara teratur diterima tanpa adannya kaitan dengan prestasi, target, atau kehadiran masuk.

Sedangkan tunjangan tidak tetap itu adalah upah yang berkaitan dengan target, prestasi, kehadiran masuk, dan lain sebagainya yang enggak diterima pekerja dengan teratur karena berdasarkan aktivitas pekerja tersebut.

Selanjutnya kita bahas soal hitungan UMR.

Baca Juga: Bagaimana Cara Mendapatkan Gaji yang Besar Buat Fresh Graduate?

Hitungan UMR

Nah, UMR ini sendiri itu sebenarnya peruasahan memiliki kebijakan masing-masing soal pengaturan besaran komponennya.

Misal kita ambil dari UMR Jakarta tadi, perusahaan A menentukan bahwa karyawannya mendapatkan upah tanpa tunjangan aja sehingga jika karyawannya mendapatkan gaji bersih Rp 5.000.000 itu enggak akan menyalahkan aturan.

Lalu perusahaan B menerapkan komponen gaji berupa upah pokok dan tunjangan tetap dengan besaran upah pokok Rp 2.500.000 dan tunjangan tetap Rp 2.500.000 dengan total upah Rp 5.000.000 itu pun juga enggak masalah.

Lanjut perusahaan C menerapkan komponen upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Di mana upah pokok Rp 3.000.000, tunjangan tetap Rp 2.000.000 dan tunjangan tidak tetap uang kehadiran ke kantor Rp. 50.000 per kehadiran. Maka kalau hitungan 20 hari masuk kerja, pekerja tersebut akan mendapatkan uang kehadiran sebesar Rp 1.000.000 sehingga upah yang dia terima totalnya akan Rp.6.000.000. Dan jika pekerja tersebut enggak ke kantor dalam satu bulan namun tetap mengerjakan pekerjaannya misalnya dengan work from home, maka dia akan mendapatkan upah Rp 5.000.000 (masih minimal/di atas UMR Jakarta).

Lalu perusahaan C yang memiliki komponen upah pokok dan tunjangan tidak tetap yang mana upah pokok Rp 5.000.000 dan upah tidak tetap Rp. 50.000 per kehadiran.

Intinya, baik upah pokok dan tunjangan tetap itu besarannya sesuai kebijakan perusahaan masing-masing namun jika dijumlahkan harus minimal setara UMR.

Sedangkan upah tunjangan tidak tetap enggak boleh dimasukkan dalam hitungan UMR yaa, girls.

Oh iya, perlu dicatat juga bahwa ketentuan upah minimum yang dijelaskan di atas enggak harus diterapkan pada usaha mikro dan kecil.

Karena memang upah pekerja berdasarkan kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja/buruh dalam usaha mikro dan kecil tapi tetap harus berdasarkan data yang bersumber dari lembaga berwenang di bidang statistik yaa.

Baca Juga: Tips Jitu Nego Gaji Saat Interview HRD, Dapat Berkali-kali Lipat!

(*)