13 Fakta di Balik I-Doser, Aplikasi yang dibilang 'Narkoba Digital' (Bagian 2)

By Astri Soeparyono, Senin, 12 Oktober 2015 | 17:00 WIB
13 Fakta di Balik I-Doser, Aplikasi yang dibilang 'Narkoba Digital' (Bagian 2) (Astri Soeparyono)

 

Kementerian Komunikasi dan Informasi sedang mengevaluasi keberadaan aplikasi I-Dose ini. Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara mengatakan kalau nantinya terbukti membahayakan, pihaknya pasti akan memblokirnya.

(Baca juga: Boost Your Mood With Music Therapy)

Dari keterangan Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara kepada Kompas.com, ia meyakini anggapan yang menyamakan aplikasi I-Doser hanya masalah sugesti. Ia yakin pengguna aplikasi tidak akan terganggu pikirannnya bila menganggap aplikasi tersebut biasa-biasa aja. "Karena itu kita juga harus konsultasi dengan psikolog. Karena ini menyangkut sugesti. Yang tahu itu mereka," katanya.

Pendapat Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara ini hampir senada dengan ahli otak manusia, Daniel Levitin, dari McGill University, Montreal. Ia meneliti efek musik pada otak manusa selama bertahun-tahun. Ia mengatakan kalau pada dasarnya music memang akan mempengaruhi mood manusia. Dan sebenarnya, dalam keadaan sehat, kita enggak memerlukan jenis binaural beats untuk memulihkan mood yang sedang jelek.

Dikutip dari washingtonpost.com, lebih lanjut, Daniel Levitin mengatakan kalau mendengarkan musik bisa memberikan efek yang sama pada otak seperti ketika seseorang melihat anak anjing yang lucu atau menikmati matahari terbenam. Intinya, shli otak manusia ini mengatakan kalau ada banyak hal gratis di dunia ini yang bisa membantu kita bikin good mood dan otak kita tenang.

Jadi, pilih mana, girls, gratis atau bayar?

(Baca juga: Cara Ampuh Usir Bad Mood dari Nina Dobrev)

(foto: buzzfeed)