Ketika kita berpikir tentang evolusi manusia, pikiran kita mengembara kembali ke ribuan tahun lalu, di mana butuh seleksi alam untuk menghasilkan manusia modern hari ini. Tapi sebagai spesies hari ini, masihkah kita berubah?
Penelitian baru menunjukkan bahwa di balik teknologi modern dan industrialisasi, manusia terus berkembang. Enggak hanya masih berkembang, kita bahkan melakukan lebih cepat dari sebelumnya. Dalam 10 ribu tahun terakhir, laju evolusi kita telah dipercepat 100 kali, menciptakan mutasi lebih dalam gen kita, dan pilihan lebih alami dari orang-orang mutasi.
Berikut adalah beberapa petunjuk yang menunjukkan manusia terus berkembang. Lima tanda hingga kini manusia masih berevolusi!
Secara historis, gen yang mengatur kemampuan manusia untuk mencerna laktosa berhenti ketika mereka terbebas dari ASI sang ibu. Tapi, kita mulai membudidayakan sapi, domba dan kambing, sehingga kita bisa lanjut minum susu berkualitas yang memberi nutrisi. Nah, orang-orang memungkinkan mencerna laktosa lebih jadi punya kemampuan menyebarkan gen mereka yang semakin baik.
Nenek moyang kita memiliki rahang yang jauh lebih besar daripada yang kita miliki, yang membantu mereka mengunyah makanan keras dari akar, kacang dan daun. Dan daging yang mereka makan harus mereka robek dengan gigi, yang mana membuat gigi ini perlu digantikan. Maka muncullah gigi bungsu. Geraham ketiga ini diyakini menjadi jawaban evolusi untuk mengakomodasi kebiasaan makan nenek moyang kita.
Hari ini, kita memiliki peralatan untuk memotong makanan kita. Makanan menjadi lebih lembut dan lebih mudah untuk dikunyah, dan mengakibatkan rahang kita jauh lebih kecil. Ini yang menyebabkan gigi bungsu sering menyakitkan ketika mereka datang, di mana kini enggak ada ruang untuk mereka. Gigi bungsu telah menjadi organ sisa. Salah satu perkiraan manusia masih berevolusi adalah penelitian yang mengatakan 35 persen dari populasi manusia lahir tanpa gigi bungsu.
Sebuah studi menemukan, hidup di kota telah menghasilkan varian genetik yang memungkinkan kita menjadi lebih tahan terhadap penyakit seperti tuberkulosis dan lepra. "Hal ini tampaknya menjadi contoh elegan evolusi," kata Dr Ian Barnes dari School of Biological Sciences di Royal Holloway. "Ini menandai pentingnya aspek yang sangat baru dari evolusi kita sebagai spesies, perkembangan kota sebagai kekuatan selektif."
5 Binatang Unik yang Dianggap Punah tapi Ternyata Masih Hidup
Sementara kita mungkin ingin percaya otak besar kita membuat kita lebih pintar dari hewan di seluruh dunia. Padahal, otak kita telah menyusut selama 30.000 tahun terakhir. Rata-rata volume otak manusia telah menurun dari 1.500 sentimeter kubik menjadi 1.350 sentimeter kubik, yang setara dengan ukuran bola tenis.
Ada beberapa kesimpulan yang berbeda mengapa ini terjadi. Satu kelompok peneliti mencurigai otak menyusut berarti kita menjadi bodoh. Secara historis, ukuran otak menurun sebagai bentuk dari masyarakat yang menjadi lebih besar dan lebih kompleks. Ini menunjukkan bahwa jaring pengaman masyarakat modern menegasikan korelasi antara kecerdasan dan kelangsungan hidup.
Tapi, teori yang lebih menggembirakan mengatakan bahwa otak kita menyusut bukan karena kita menjadi bodoh. Otak menjadi lebih kecil artinya lebih efisien. Teori ini menunjukkan bahwa, menyusutnya otak disebabkan karena otak kita sedang membentuk ulang dirinya agar bekerja lebih cepat dengan mengambil sedikit ruang. Ada juga teori bahwa otak kecil merupakan keuntungan evolusioner karena mereka membuat kita menjadi makhluk yang kurang agresif, memungkinkan kita bekerja sama untuk memecahkan masalah, bukan saling mencabik.
Awalnya, kita semua memiliki mata cokelat. Tapi sekitar 10 ribu tahun yang lalu, seseorang yang tinggal di dekat Laut Hitam mengembangkan mutasi genetik yang mengubah mata cokelat menjadi biru.
(sumber: ilham/nationalgeographic.co.id, foto: mrwgifs.com)