Pasti kita udah sering mendengar kata feminis. Jangan salah, girls, feminis bukan berarti cewek itu jagoan dan lebih hebat dari cowok. Dan pasti bukan juga berarti anti cowok. Lalu, apa itu feminisme? Ini dia 9 fakta tentang feminisme yang remaja perlu tahu!
Feminis adalah sebuah gerakan yang muncul sekitar tahun 1910, awalnya menuntut agar cewek juga memiliki hak voting dalam pemilu. Ini yang disebut gerakan feminis gelombang pertama.
Gelombang kedua terjadi tahun 1960-an dan termasuk yang paling populer. Pada masa ini, kelompok feminis menuntut hak-hak yang lebih luas seperti hak pekerjaan, upah, seksualitas dan hak untuk bereproduksi. Intinya sih mereka menuntut agar cewek dibebaskan dari peran tradisional dari seorang ibu/istri/ anak cewek yang umumnya hanya mengurus rumah tangga dan keluarga.
Pada masa sekarang adalah feminis gelombang ketiga, kelompok ini menuntut pada isu yang lebih kompleks, seperti kekerasan dalam pacaran dan rumah tangga, hak cewek untuk bereproduksi dan gimana media memandang dan menggambarkan sosok cewek,yang masih sering hanya dijadikan objek.
Feminis atau feminist adalah orang yang menganut paham feminisme. Sementara feminisme adalah kesetaraan gender dan menginginkan adanya kesempatan bagi setiap orang tanpa memandang jenis kelamin. Mungkin kita bisa mengutip pendapat Chimamanda Ngozi Adichie, penulis cewek asal Nigeria, feminis itu adalah orang yang percaya adanya kesetaraan dalam bidang sosial, politik dan ekonomi dari kedua jenis kelamin. Contoh paling gampang adalah soal kuliah. Sering terjadi kalau dalam keluarga ada satu cewek dan satu cowok, yang lebih mendapat dukungan untuk kuliah adalah cowok. Atau soal mitos kalau cewek harus jago masak dan mengurus rumah. Padahal kan, memasak dan beres-beres rumah itu bisa dilakukan oleh cewek dan cowok.
Selama ini ada kesalahpahaman kalau cewek feminis itu anti cowok, bahkan lebih ekstrimnya kelak mereka jadi kaum lesbian. Isu ini berawal dari sejumlah kampanye untuk melawan kampanye feminis. Dalam kampanye ini didengung-dengungkan kalau feminis itu berarti anti cowok. Ini diperkuat dengan beberapa tokoh radikal feminis yang anti cowok, seperti Marilyn French yang bilang 'All men are rapists and that's all they are' atau Valerie Solanas yang menyamakan cowok dengan binatang dan mesin seks. Ucapan mereka sering dikutip dan dianggap sebagai pandangan keseluruhan feminis. Padahal, feminisme enggak menganut paham 'anti cowok'.
Seperti juga berbagai aliran yang ada di dunia ini, semuanya ada dalam satu garis lurus dari yang sangat longgar, moderat hingga ekstrim/radikal. Sebenarnya, jumlah feminis yang radikal lebih sedikit dibandingkan feminis moderat yang enggak menganggap cowok itu makhluk yang harus dibenci.
Kesalahpahaman sering terjadi karena beberapa seleb cewek yang bilang kalau dandan dengan pakaian minim, memamerkan payudara dan selangkangan adalah bukti dari kebanggaan mereka dan bagian dari nilai feminis yang dianut. Ini dua hal yang berbeda. Feminis bangga dengan tubuh mereka tapi mereka juga memiliki self-respect sehingga enggak menggunakan tubuh mereka secara sembarangan untuk menarik perhatian cowok atau meraih kesuksesan.
Jangan salah lho, cewek feminis bukan berarti juga adalah mereka yang berdandan tomboi, berambut pendek dan ngomong sering menyelipkan kata makian seperti cowok. Cewek feminis itu juga bisa suka warna pink, berambut panjang dan suka cerita Disney Princess. Yang pasti mereka nyaman dengan pilihan dan penampilan mereka sendiri.
Ada sebuah perkembangan yang menyenangkan. Sekarang mulai bermunculan male feminist. Seperti juga cewek, para cowok ini mendukung gerakan kesetaraan gender. Jumlah cowok yang secara terbuka bilang dirinya male feminist mulai banyak, sejak Emma Watson lewat kampanye #HeForShe. Salah satunya adalah Joseph Gordon Levitt yang bilang, "Ibuku membesarkan aku jadi feminis. Dia selalu menunjukkan pada aku dan saudara cowokku kalau kebudayaan kita sering menjadikan cewek sebagai objek. Dia ingin kami sadar gambaran yang ada di majalah, film dan televisi. Kalau kamu enggak menghentikannya, itu bisa menyerap ke dalam otak dan menganggap itu sebagai realita."
(muti, foto: huffingtonpost.com)