Di akhir pelajaran, tiba-tiba Bu Hera mengetuk papan tulis dengan garang dan mengumumkan, "Sebentar lagi, tentu saja kalian tahu ada hari yang kita sebut Hari Valentine. Nah, di luar kebiasaan, tahun ini OSIS bekerja sama dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk mengadakan lomba menulis surat cinta."
Bu Hera mendengus, "Saya sendiri tidak setuju, ya, jika topiknya cinta-cintaan begini, tapi saya senang kalau kalian bisa terpacu untuk belajar menulis surat yang pada hari-hari ini sudah mulai ditinggalkan. Hadiahnya adalah dua buah tiket ke Sea World pada hari Valentine."
Begitu Bu Hera lenyap dari pandangan, seisi kelas langsung heboh membicarakan lomba ini. Lola menarik Nino, matanya bersinar bersemangat, "Nino, gue mau ikut event ini! Gue mau nulis surat cinta, nih, buat si itu," matanya melirik Austin.
"Ya udah, tulis aja, La," sahut Nino kurang bersemangat. Lola tersenyum, "Nah, masalahnya, kan, gue enggak pinter nulis. Makanya, gue mau minta loe tulisin surat ini, No." Mata Nino melebar tak percaya, namun ketika melihat mata Lola yang bersinar penuh harap seperti puppy, Nino menyerah, "Oke, deh, La."
***
Sudah dua minggu berlalu sejak Bu Hera mengumumkan tentang lomba menulis surat cinta tersebut. Ia sudah selesai menulis surat Lola, yang disalin ulang oleh Lola dan diberikan kembali pada Nino. Rupanya selain menuliskan surat tersebut, Nino juga diminta mengirimnya ke panitia lomba. Nino tak berani menolak.
Selama dua minggu ini, Nino bergulat dengan perasaannya sendiri. Perlukah dia mengikuti lomba ini? Sebetulnya yang ia inginkan bukan tiket tersebut atau pun memenangkan lomba ini. Ia hanya ingin merasa berani.
Akhirnya ia memutuskan mengirimkan dua surat. Satu darinya, satu dari Lola, keduanya untuk Austin. Ia membaca ulang surat Lola sebelum memasukannya ke amplop.