Bandul Helai Semanggi

By Astri Soeparyono, Sabtu, 31 Agustus 2013 | 16:00 WIB
Bandul Helai Semanggi (Astri Soeparyono)

            Aku hanya dapat menatap punggungnya yang menjauh. Selendang sayap merak berwarna hijau cerah yang dikenakannya, bergerak-gerak di punggungnya. Kostum merak yang dipakainya itu, membuatnya terlihat begitu cantik. Dia terlalu ayu untuk bersikap seperti itu...padaku...sahabatnya sendiri.

            "Gisella, maafin aku." Aku berusaha menyusulnya. Menagih penjelasan yang seharusnya dia lontarkan padaku. "Tapi apa salahku, Sel?" kuraih tangannya yang dililiti gelang kain berwarna hijau, senada dengan kostum merak yang dikenakannya.

            Gisella sempat menolehi wajahku. Tapi...kemudian tatapannya beralih ke piala berwarna hijau berbentuk lidah api dan berlogo kujang di bagian tengahnya. Dia melepaskan tangannya dari genggamanku lalu meraih piala itu.

            "Elena...persahabatan itu enggak ada! Enggak ada lagi buat kita!" dia membanting pialaku ke lantai hingga terpisah menjadi dua bagian. "Berhentilah merengek di belakangku dan berpura-pura bodoh. Aku...benci...kamu...!"

            Mataku seketika berembun di bawah tatapannya yang mengerdilkanku. Dia membalikkan tubuhnya dengan cepat, tanpa membiarkanku mencoba menghentikannya lagi.

            Persahabatan itu tak ada lagi untuk aku dan Gisella? Hanya karena piala ini? Memangnya apa salahnya piala ini? Dan apa salahku, jika hanya aku yang mendapatkan piala, bukan kami berdua? Kuhela napasku setelah Gisella, sahabat tersayangku itu, menghilang dari pandanganku.

            Dadaku terasa semakin sesak ketika kupunguti pialaku yang telah pecah di lantai.

            "Hhh...Gisella ...." Kuseka airmata yang jatuh tanpa kuminta."

            Mataku samar menemukan sebuah tangan lembut berkulit putih yang membantuku memunguti pecahan pialaku. Rambut panjang bergelombangnya terurai jatuh, hampir menyentuh lantai. Aku mencium aroma strawberry yang menenangkan ketika dia membantuku untuk berdiri. Kutemukan tubuh ramping tingginya setelah tangannya menghapus setetes air mata yang ke luar dari pelupukku. Senyumnya merekah dari wajah mulusnya yang cantik.

            "Terima kasih," ucapku.

            "Adik kecil, mau Kakak bantu perbaiki pialamu?" tanyanya.

            Kuperhatikan seragam biru gelapnya sebelum menggeleng. Di bagian dada kanannya tertulis namanya 'Athena'. Ah, sepertinya dia seorang SPG di salah satu distro di mall ini. Tapi, mengapa dia terlihat begitu aneh dan berbeda? Kudapati mata cokelatnya, menatapku lembut.