Yang pertama, lahir di keluarga pemusik tidak membuat Melody bangga. Justru itu hambatannya untuk lebih bebas. Keluarganya selalu mengharapkannya menjadi pianis terkenal. Seperti kakaknya Viole yang berhasil dengan permainan flute dan membawa banyak medali. Dan Riko adik Melody sangat berbakat membawakan kemerduan biolanya walaupun masih berumur sembilan tahun.
Kini Papa Melody membelikan Melody piano pribadi. Melody bahkan bosan saat jari-jemarinya terus memainkan tuts-tuts piano. Sejak umur sembilan tahun ia terus disuruh memainkan beberapa alat musik. Mulai dari biola sampai kecapi. Tapi gagal semua dan akhirnya pianolah pilihan terakhir.
Yang kedua, acara jalan-jalan bareng teman hampir enggak pernah terjadi. Semua waktunya tersikat habis oleh kegiatan-kegiatannya. Itu yang bikin Melody tersikat habis oleh kegiatan-kegiatannya. Itu yang bikin Melody mempunyai sedikit teman. Tapi untungnya Melody sudah punya cowok. Jadinya sempat bersyukur juga karena enggak semua yang ia dapatkan sial.
"Mel, si Tracy kemarin kena penyakit demam berdarah lho, sehabis dia gangguin kucingnya Pak Tukul," lapor Stevi.
"Ah itu mah takhayul, enggak mungkin gara-gara kucing," ujar Melody.
"Eh entar dulu, ada buktinya nih... Si Tracy kemarin juga ngaku..."
"Ya, pantas kalau ngaku, dia tuh jorok," ujar Melody santai.
Bukannya Melody jahat nih, Cuma memang Tracy itu joroknya minta ampun. Enggak heran selalu ditangkringin sama lalat maupun nyamuk. Jadi mungkin saja di antara nyamuk-nyamuk itu adalah nyamuk demam berdarah.
"Mel..tuh, pacar lo udan nungguin," ucap Stevi mmberitahu.
Melody menghampiri Gleen.
"Mel, kamu bisa enggak temenin aku besok keulang tahunnya Frans?"
"Hmm...lihat dulu deh," jawab Melody ragu-ragu dan dalam hati yakin ia pasti enggak diperbolehkan oleh Papa.