Dear Diary,
Hari ini bukan hari biasa bagiku. Sudah lama aku menutup hatiku dari cinta yang mengetuk. Aku memilih hatiku dari cinta yang mengetuk. Aku memilih berlari menjauh karena takut kehilangan untuk yang kdua kalinya. Aku tahu ini memang bukan jalan yang terbaik. Namun hatiku masih menyembunyikan kuncinya dan tak membiarkan seorangpun masuk ke dalamnya.
Tapi hari ini berbeda. Benar-benar berbeda. Seseorang telah berhasil menemukan kuncinya dan masuk ke ruang hatiku. Dia adalah kakak kelasku. Dia bukanlah lelaki yang paling tampan yang pernah kulihat. Dia bukan lelaki paling ramah yang pernah menyapaku. Cowok dingin, itu kata teman-temanku. Kata orang dia itu sangat pendiam. Bicara saja pelit. Hanya beberapa patah kata. Yang aku tahu, aku sangat suka melihatnya. Melihatnya berjalan, melihatnya tertawa, melihatnya bicara. Tapi aku paling suka melihatnya ketika berwudhu. Air wudhu membasahi muka dan tiap ujung rambutnya. Wajahnya terlihat begitu bercahaya. Saat itu aku tahu, aku memang sayang padanya. Walaupun aku belum terlalu mengenalnya.
Yang pasti kini aku selalu menyebut namanya. Mengingat namanya. Menuliskan namanya. Menyebutnya berkali-kali dalam doa seusai shalatku. Berharap semoga Allah selalu melindunginya. Membawa bayangannya kea lam mimpiku. Dan berharap smoga cintaku padanya selalu berada di jalan Allah SWT yang diridoiNya. Nama itu adalah...Rizal.
Diary sayang,
Aku baru sadar bahwa aku bukanlah gadis yang mudah mengagumi seseorang. Apalagi seorang lelaki. Tapi ntah mengapa kini hatiku terasa berdesir-desir tiap mendengar namanya. Entah mengapa aku merasakan kekaguman yang mendera tiap melihatnya berjalan melewatiku begitu saja. Padahal aku juga tak tahu apa yang membuatnya begitu istimewa.
Aku itu aneh, begitu kata teman-temanku. Mereka bertanya-tanya apa sebenarnya membuatku begitu menyayangi sosok pangeran impianku itu.
"Kenapa kamu bisa suka sam dia?" pertanyaan itu berkali-kali terucap dari bibir orang-orang yang berbeda. Bila mereka bertanya seperti itu, yang ada aku hanya terdiam karena tak tahu jawaban yang tepat. Aku selama ini juga tak tahu apa alasan yang mendasari perasaanku ini. Pertanyaan itu kadang terngiang-ngiang di telingaku dan membuatku tak bisa tidur semalaman. Yang kutemukan hanyalah perasaanku sayangku yang makin hari makin kuat. Dan aku takut makin lama akan menjadi...cinta.
Ya Allah, bila memang benar ini adalah cinta. Jagalah perasaan terhalusku ini. Biarkanlah cinta ini selalu dalam lindungan-Mu. Berada di jalan yang Kau ridhoi.
Diary-ku yang setia,