Karena Dia Rizal

By Astri Soeparyono, Sabtu, 8 September 2012 | 16:00 WIB
Karena Dia Rizal (Astri Soeparyono)

Dear Diary,

Hari ini bukan hari biasa bagiku. Sudah lama aku menutup hatiku dari cinta yang mengetuk. Aku memilih hatiku dari cinta yang mengetuk. Aku memilih berlari menjauh karena takut kehilangan untuk yang kdua kalinya. Aku tahu ini memang bukan jalan yang terbaik. Namun hatiku masih menyembunyikan kuncinya dan tak membiarkan seorangpun masuk ke dalamnya.

Tapi hari ini berbeda. Benar-benar berbeda. Seseorang telah berhasil menemukan kuncinya dan masuk ke ruang hatiku. Dia adalah kakak kelasku. Dia bukanlah lelaki yang paling tampan yang pernah kulihat. Dia bukan lelaki paling ramah yang pernah menyapaku. Cowok dingin, itu kata teman-temanku. Kata orang dia itu sangat pendiam. Bicara saja pelit. Hanya beberapa patah kata. Yang aku tahu, aku sangat suka melihatnya. Melihatnya berjalan, melihatnya tertawa, melihatnya bicara. Tapi aku paling suka melihatnya ketika berwudhu. Air wudhu membasahi muka dan tiap ujung rambutnya. Wajahnya terlihat begitu bercahaya. Saat itu aku tahu, aku memang sayang padanya. Walaupun aku belum terlalu mengenalnya.

Yang pasti kini aku selalu menyebut namanya. Mengingat namanya. Menuliskan namanya. Menyebutnya berkali-kali dalam doa seusai shalatku. Berharap semoga Allah selalu melindunginya. Membawa bayangannya kea lam mimpiku. Dan berharap smoga cintaku padanya selalu berada di jalan Allah SWT yang diridoiNya. Nama itu adalah...Rizal.

 

Diary sayang,

Aku baru sadar bahwa aku bukanlah gadis yang mudah mengagumi seseorang. Apalagi seorang lelaki. Tapi ntah mengapa kini hatiku terasa berdesir-desir tiap mendengar namanya. Entah mengapa aku merasakan kekaguman yang mendera tiap melihatnya berjalan melewatiku begitu saja. Padahal aku juga tak tahu apa yang membuatnya begitu istimewa.

Aku itu aneh, begitu kata teman-temanku. Mereka bertanya-tanya apa sebenarnya membuatku begitu menyayangi sosok pangeran impianku itu.

"Kenapa kamu bisa suka sam dia?" pertanyaan itu berkali-kali terucap dari bibir orang-orang yang berbeda. Bila mereka bertanya seperti itu, yang ada aku hanya terdiam karena tak tahu jawaban yang tepat. Aku selama ini juga tak tahu apa alasan yang mendasari perasaanku ini. Pertanyaan itu kadang terngiang-ngiang di telingaku dan membuatku tak bisa tidur semalaman. Yang kutemukan hanyalah perasaanku sayangku yang makin hari makin kuat. Dan aku takut makin lama akan menjadi...cinta.

Ya Allah, bila memang benar ini adalah cinta. Jagalah perasaan terhalusku ini. Biarkanlah cinta ini selalu dalam lindungan-Mu. Berada di jalan yang Kau ridhoi.

 

Diary-ku yang setia,

Aku tak tega melihat pangeranku. Di kelas ternyata dia menjadi bahan ledekan teman sekelas. Aku dengar sudah banyak yang tahu kalau ada adik kelas yang menjadi pengagum rahasianya. Dan pengagum rahasia itu tak lain dan tak bukan adalah aku. Teman-temannya sering menggodanya. Membuat mukanya memerah karena malu. Tapi dia tak pernah membalasnya. Dia hanya tersenyum malu sambil membantah ejekan teman-temannya.

Sejujurnya aku ada rasa khawatir dalam diriku. Ada perasaan takut bahwa jangan-jangan dia kesal padaku. Jangan-jangan dia marah karena aku membuatnya menjadi bahan ledekan satu kelas. Jangan-jangan dia marah karena aku membuatnya menjadi bahan ledekan satu kelas. Jangan-jangan dia membenciku.

Pangeranku, kumohon jangan pernah mmbenciku. Aku takut sekali kau pergi dan menjauh dariku. Aku ingin berada di dekatmu. Sekali lagi kumohon jangan pernah menjauh dariku. Aku benar-benar sayang padamu. Aku tak tahu lagi harus berkata apa. Tapi yang pasti aku akan sedih sekali bila kau marah padaku.

Bodohnya aku, memohon di selembar kertas buku harian yang takkan pernah mungkin kau dengar. Tapi aku hanya ingin kamu tahu. Bila kau menjauh dariku hari-hari akan terasa makin menyiksa. Waktu terasa berjalan dengan kekosongan. Karena itu janganlah pernah kau menjauh dariku...

 

Diary sahabatku,

Aku tahu aku memang gadis yang cengeng. Tapi kali ini aku bingung. Sebenarnya apa yang membuatku begitu sedih hingga meneteskan air mata. Air mataku terus saja mengalir membasahi wajahku tanpa peduli pada pertanyaanku. Sekuat apapun aku brkata "Stop!" air mata ini tetap mengalir tiada henti.

Apa karena tiba-tiba aku merasa aku bukanlah gadis yang pantas buat Rizal? Aku bukanlah gadis yang amat cantik. Aku bukan gadis yang amat pintar. Aku ini hanyalah seorang gadis biasa yang tak banyak dikenal. Maka pantaskah aku memimpikan cinta darinya? Maka pantaskah namaku disejajarkan dengan namanya?

Ya Allah, sebenarnya salahkan aku jatuh cinta padanya? Salahkah aku berharap dia membalas cintaku? Salahkah aku bertahan terus mencintainya? Apakah ini semua hanyalah kesalahan yang harus aku lupakan? Ya Allah, andai perasaan ini bisa dikontrol, maka aku akan memilih untuk jatuh cinta pada orang yang pasti mau membalas cintaku. Aku tak akan membiarkan cintaku tergantung tak pasti sambil mengharapkan cinta dari pangeran tampan dari negeri dongeng.

 

Diary-ku,   

Hari ini aku sedih sekali. Pangeranku sakit. Kata teman-temannya sakitnya tidak parah. Karena itu dia hari ini tidak masuk sekolah. mungkin hanya demam biasa, kata mereka. Tapi tetap saja aku khawatir. Ingin rasanya aku mendatangi rumahnya. Membawakannya makanan bergizi yang membuatnya cpat sembuh. Duduk di sampingnya dan menghiburnya. Namun hatiku terasa miris. Aku tak bisa melakukan semua itu. Maka aku hanya terdiam sambil menerawang mendegar berita itu.

Yang bisa aku lakukan hanya berdoa di ujung sujudku. Meneteskan air mata tiap aku merasa rindu padanya. Rindu yang teramat sangat. Pangeranku, cepatlah sembuh. Aku disini akan selalu mendoakanmu. Aku akan selalu mengirimkan dzikir tiap malam untuk melindungimu.

Pangeranku, aku ingin melihat kamu kembali shat lagi. Bercanda lagi bersama teman-temanmu. Berjalan di depanku dengan cuek. Tak masalah bagiku bila harus terus menjadi pengagum rahasiamu. Yang penting bagiku sekarang hanyalah kesembuhanmu.

 

Dear Diary,

Hari ini aku kesal sekali! Teman-teman menertawakanku. Mereka berkata doa dan kekhawatiranku selama ini sia-sia saja. Mereka bilang, "Untuk apa kamu repot-repot khawatir padanya? Berdoa untuknya? Kalau sedikitpun namamu enggak pernah dia ingat? Apa gunanya?"

Kenapa mereka berkata seolah-olah semua perasaanku ini hanyalah main-main belaka. Apa mereka menganggap semua tangisanku tiap malam selama ini hanyalah sandiwara yang kudramatisir? Mereka tak pernah mengerti. Tak pernah mengerti bagaimana sakitnya hatiku yang terkoyak saat melihatnya berlalu begitu saja di hadapanku. Walaupun aku masih muda, belum tentu cintaku ini hanyalah cinta monyet belaka. Apa mreka tak pernah merasakanya? Jatuh cinta pada seseorang dengan begitu menggebu? Apa mereka tidak pernah tahu rasanya?

Jujur aku kesal. Tapi jauh dalam lubuk hatiku sebenarnya ikut bertanya-tanya. Apa selama ini cintaku hanyalah sesuatu yang sia-sia? Yang bisa kulakukan selama ini hanyalah melimpahkan semuanya dalam doa. Mnyrahkan perasaan terlembut diriku pada Allah SWT. Aku ingin cinta dan doaku tak peernah sia-sia. Aku ingin cintaku ini tak sekedar cinta buta. Aku ingin cintaku adalah cinta yang berbuah surga. Rasa cinta yang dilindungi Allah dan dihargai semua orang.

 

Diary-ku,

Terbukti doaku tak pernah sia-sia. Dengan cepat dia bisa kembali bersekolah seperti semula. Kini aku bisa melihatnya lagi, bisa memperhatikan senyumannya lagi. Ya Allah, terima kasih. Btapa baiknya Kau padaku.

Aku mndengar pangeranku bercerita tntang apa yang dia rasakan selama dia terbaring sakit. Tiap malam dia merasa begitu sejuk. Kadang tanpa sadar dia menangis. Entah mengapa dia merasakan ada yang melindunginya. Ada yang memeluknya. Kadang dia merasa ada yang bersedih untuknya, tapi dia tak pernah tau siapa.

Aku tersenyum mendegarnya. Kekuatan doa yang tulus mmang tak prnah membuat kita kecwa. Allah telah menjaganya. Memberinya perlindungan dan menyampaikan perasaan cemasku padanya.

Pangranku, tak tahukah dirimu? Di setiap malam ada seorang gadis yang begitu menyayangi dan memanjatkan ayat-ayat cinta untuk Allah agar kamu selalu dalam lindungannya? Semoga suatu saat kau akan tahu.

 

Dear Diary,

Hari ini adalah hari kelulusannya. Mungkin ini akan jadi hari terakhir aku bisa melihatnya. Karena aku tak tahu apakah Allah masih mengizinkan kita untuk bertemu lagi. Bila boleh aku jujur, aku sama sekali belum siap berpisah darinya. Apalagi aku tak pernah mendapat kepastian tentang perasaannya. Hati terasa teriris pisau tajam. Aku ingin di hari ini dia bisa tahu apa yang aku rasakan selama ini padanya.

            Bila kau izinkan aku berkata

            Akan kuucapkan ayat-ayat cinta untuk menyambut namamu

            Aku ingin berlari ke arahmu dan berkata

            "Cukupkah semua yang aku rasakan untuk mencintaimu?"

            Bila kamu menginginkan kejujuran

            Inilah kenyataan...aku tak pernah bisa mencegahnya

            Mencegah rasa cinta yang menggebu di dada

            Yang kuingin hanyalah doa dan lindunganNya

            Agar tak pernah cintaku ini hanyalah buta

            Bila kau bolehkan aku bertanya

            Biarkan aku ucapkan ini

            "Adakah aku sedikit saja di hatimu?"

Air mataku membasahi kertas bertuliskan puisi itu. Ya Allah, izinkan aku berkata padanya. Tentang semua perasaanku selama ini. Dan aku yakin bila dia memang jodohku, takkan pernah dia jauh dariku. Bila cintaku selalu dalam lindungan-Mu. Niscaya tak aka nada tangisku yang sia-sia. Kini kuhanya ingin menjawab pertanyaan semua orang. Tentang alasan aku mencintainya. Ya Allah, aku hanya ingin menjawab singkat.

"Karena dia Rizal...."

***

Oleh: Ajeng Arini Putri