Kenapa mereka berkata seolah-olah semua perasaanku ini hanyalah main-main belaka. Apa mereka menganggap semua tangisanku tiap malam selama ini hanyalah sandiwara yang kudramatisir? Mereka tak pernah mengerti. Tak pernah mengerti bagaimana sakitnya hatiku yang terkoyak saat melihatnya berlalu begitu saja di hadapanku. Walaupun aku masih muda, belum tentu cintaku ini hanyalah cinta monyet belaka. Apa mreka tak pernah merasakanya? Jatuh cinta pada seseorang dengan begitu menggebu? Apa mereka tidak pernah tahu rasanya?
Jujur aku kesal. Tapi jauh dalam lubuk hatiku sebenarnya ikut bertanya-tanya. Apa selama ini cintaku hanyalah sesuatu yang sia-sia? Yang bisa kulakukan selama ini hanyalah melimpahkan semuanya dalam doa. Mnyrahkan perasaan terlembut diriku pada Allah SWT. Aku ingin cinta dan doaku tak peernah sia-sia. Aku ingin cintaku ini tak sekedar cinta buta. Aku ingin cintaku adalah cinta yang berbuah surga. Rasa cinta yang dilindungi Allah dan dihargai semua orang.
Diary-ku,
Terbukti doaku tak pernah sia-sia. Dengan cepat dia bisa kembali bersekolah seperti semula. Kini aku bisa melihatnya lagi, bisa memperhatikan senyumannya lagi. Ya Allah, terima kasih. Btapa baiknya Kau padaku.
Aku mndengar pangeranku bercerita tntang apa yang dia rasakan selama dia terbaring sakit. Tiap malam dia merasa begitu sejuk. Kadang tanpa sadar dia menangis. Entah mengapa dia merasakan ada yang melindunginya. Ada yang memeluknya. Kadang dia merasa ada yang bersedih untuknya, tapi dia tak pernah tau siapa.
Aku tersenyum mendegarnya. Kekuatan doa yang tulus mmang tak prnah membuat kita kecwa. Allah telah menjaganya. Memberinya perlindungan dan menyampaikan perasaan cemasku padanya.
Pangranku, tak tahukah dirimu? Di setiap malam ada seorang gadis yang begitu menyayangi dan memanjatkan ayat-ayat cinta untuk Allah agar kamu selalu dalam lindungannya? Semoga suatu saat kau akan tahu.
Dear Diary,
Hari ini adalah hari kelulusannya. Mungkin ini akan jadi hari terakhir aku bisa melihatnya. Karena aku tak tahu apakah Allah masih mengizinkan kita untuk bertemu lagi. Bila boleh aku jujur, aku sama sekali belum siap berpisah darinya. Apalagi aku tak pernah mendapat kepastian tentang perasaannya. Hati terasa teriris pisau tajam. Aku ingin di hari ini dia bisa tahu apa yang aku rasakan selama ini padanya.