Semua diam, terlalu ngeri untuk berkomentar.
"Sudah malam, ibu masuk kamar dulu ya," Bu Pinong mendadak pamit. "Kalian santai saja di sini. Anggap rumah sendiri ya."
"Terima kasih banyak Iho, Bu!" seru Eno mewakili kawan-kawannya.
***
Waktu terus bergulir dan hawa di sekitar vila rasanya menjadi semakin dingin.
"Udah malam nih," Joni melirik arlojinya. "Nggak pada tidur?"
"Aku jadi takut tidur di kamar sendirian," ujar Dila.
"Kita begadang aja deh, bagaimana?" usul Ahmad. "Ini juga sudah jam satu. Sebentar lagi pagi..."
Kawan-kawan yang lain mengangguk setuju. Jadilah mereka berlima memaksa diri untuk begadang malam itu. Eno mendadak ingin pergi ke kamar kecil.
"Dil, anterin aku pipis dong?" pinta Eno.
Dila mengangguk dan segera mengantar Eno ke kamar kecil.
Karena mereka berdua tidak tahu letak kamar kecilnya, mereka herdua terpaksa mencarinya ke semua sudut vila. Ketika berjalan melewati dapur, Dila merasa sesuatu seperti sedang melintas di dekat jendela dapur.
"No, kayaknya aku lihat sesuatu deh..." Dila menjawil lengan Eno. "Deket jendela..."