P3 = menunggu

By Astri Soeparyono, Senin, 12 September 2011 | 16:00 WIB
P3 = menunggu (Astri Soeparyono)

          Aku tidak yakin dia akan tahan terhadap sikap keras dan perfeksionis yang aku punya, karena dari kecil aku memang dididik untuk keras dan tidak mudah menyerah. Mungkin karena pengaruh didikan itu aku menjadi sedikit kaku dan tidak tahu bagaimana caranya bersenang-senang di usiaku yang akan menginjak 30 tahun.

          Sudah satu tahun Patricia bekerja sebagai sekretaris yang bersedia membantuku, dan malam ini aku diajak untuk menghadiri sebuah pesta pernikahan salah satu karyawanku. Untunglah para bawahanku masih menganggapku manusia normal bukan seorang pemimpin yang lebih memilih terkurung di ruangan kerja daripada bersosialisasi.

          Ternyata Patricia juga menghadiri pesta pernikahan ini. Dia datang bersama seorang pria. Dia menghampiriku.

          "Selamat malam, Pak Dyas... kenalkan ini suami saya..."Patricia tersenyum manis.

          Seharusnya kamu tahun rasanya tertarik pada seorang wanita yang ternyata sudah mempunyai suami. Dan malam itu aku terus bermimpi kapan aku yang berada di sana dan menyanding seorang cowok dengan nama yang berhuruf awal P.

***

          Kali ini aku masih menunggu di gerbang surga untuk mencari sebuah nama dengan huruf awal P.

          Dan aku terlahir entah untuk keberapa kalinya dan menemukan nama dengan huruf awal P untuk ke sekian kali. Akhirnya, mereka sang empunya nama P meninggalkanku untuk kesekian kali pula.

          Aku menemukan jiwa bukan raga seorang yang bernama Patrick.

          Berkenankah para malaikat yang menunggu menyampaikan surat yang tidak pernah tersampaikan untuk P?

          Dear Patrick...

          Jika akhirnya kita bisa bertemu di kehidupan lain, di surga, ataupun di neraka. Aku hanya ingin kamu tahu...aku akan selalu mencari dan menunggumu. Karena aku saying kamu, Patrick.

          Love...

          Inersia, Alice, Dyas...

 

Oleh: Deani Sekar