Ahok Bilang Anak Muda Harus Peduli Sama Politik, Ini Alasannya

By Astri Soeparyono, Kamis, 9 Februari 2017 | 12:45 WIB
Basuki Tjahaja Purnama: Remaja Harus Aktif Di Pemilu 2014
Basuki Tjahaja Purnama: Remaja Harus Aktif Di Pemilu 2014 (Astri Soeparyono)

Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ahok ini, yakin remaja seperti kita harus memilih. Karena kalau enggak memilih, berarti kita mengirim orang tidak baik ke pemerintahan. Kesempatan terdekat menggunakan hak suara ini adalah di Pilkada 2017 Februari ini, girls.

 

"Dalam sistim demokrasi yang kita gunakan adalah satu orang, satu suara. Jadi kalau kamu tidak mau memilih, berarti kamu akan mempermudah orang-orang tidak baik dikirim ke kursi politik. Itu yang terjadi. Ada tulisan filsuf abad 18 yang bilang, kemenangan terbesar dari iblis adalah ketika orang baik tidak melakukan apa-apa. Ada tokoh di Amerika juga bilang, politisi buruk dikirim dari orang-orang baik yang tidak menggunakan hak pilihnya. Makanya kita harus memilih. Harus memutuskan."

"Sekarang anak-anak di kota dan daerah juga sudah tidak asing dengan internet dan teknologi. Untuk lingkunan nasional, semua nama calon itu bisa dilihat di website www.kpu.go.id dan cari namanya. Kamu tinggal google nama itu dan dari hasilnya bisa didapat berita dan bisa lihat komentar orang. Tinggal hitung aja, komentarnya. Kalau orang yang memfitnah pasti jumlahnya kecil. Dan pasti yang ngomongin yang baiknya juga banyak. Nah, dari situ bisa kelihatan."

"Kalau untuk lingkungan daerah, misalnya DPRD (DPRD dan DPRD2), kita seharusnya kenal calon itu, dong. Misalnya seperti waktu saya mencalonkan diri di kampung saya (untuk DPRD 2) pasti tetangga saya tahu saya, kan? Kalau waktu mencalonkan aja udah tengil, ngapain dia dipilih? Kamu amati aja, lihat aja gayanya tengil atau enggak.  Keliatan, lho, waktu ketemu orang, orangnya seperti apa karena muka itu cermin dari hati."

"Dari lingkungan kecil kita juga bisa tahu gimana selama hidup di lingkungan kecil itu. Apakah  dia suka menolong, ringan tangan. Lihat dari gayanya. Apa dia besar pasak daripada tiang. Yang pasti, yang tidak boleh jadi patokan adalah karena satu agama, satu ras. Itu enggak bisa. Misalnya, 'Kenapa kamu pilih dia? Ya karena satu gereja atau satu mesjid jadi milih dia tapi enggak kenal. Ya, itu salah."

"Nah, kalau dia udah pernah jadi pejabat lebih gampang lagi. Cari saja berita online soal dia.  Apa aja yang sudah pernah dia omongin? Akan ketahuan orang yang bullshit atau enggak. Yang jadi masalah sekarang adalah, pemilih pemula itu apatis. Ini yang terjadi di negara ini, orang udah enggak percaya pejabat."

"Jangankan remaja, yang sudah tua aja apatis. Negeri ini punya persoalan paling besar, kita sudah kenyang ditipu. Teori dari Abraham Lincoln bilang, kalau kita mau menguji karakter sejati  seseorang, kasih dia kekuasaan. Banyak orang yang dulu kita pikir hebat; rektor, profesor, guru agama, rohaniawan, tapi begitu masuk ke dalam (sistem) memble, kan? Ini yang membuat orang enggak percaya. Dan kamu enggak bisa bilang, 'Frustasi. Jadi tidak mau milih'. Kita harus memilih. Sama seperti hidup, dalam hidup kita harus memilih.  Kalau enggak memilih ya itu tadi, kamu mengirim orang buruk ke pemerintahan."

 

"Kalau enggak kenal, ya coret aja. Jangan dipilih. Bisa juga lihat dari ideologi partainya. Nah, kalau enggak kenal semua, disarankan kamu datang saat kampanye. Kamu harus datang di kampanye dialogis untuk dengar apa yang dia bicarakan. Tanyakan hal kritis sama dia. Ini bisa ketahuan dari jawabannya. Kita bisa lihat dari muka tulus atau enggak. Jawabannya bulus atau enggak."

"Ya, agak susah ya kalau sudah dekat-dekat hari kampanye kita enggak tahu latar belakangnya. Tapi kita bisa tanya-tanya dia. Tanyakan hal yang paling krusial buat kalian. Yang paling krusial sekarang kan korupsi. Akar dari segala masalah, akar segala kejahatan kan korupsi. Tanya sama dia, kalau masuk ke dalam gimana cara menghadapi korupsi?"

"Berani, enggak, transparan soal gaji? Berani enggak transparan penghasilan dan kekayaan? Apakah website Anda memuat gaji, harta Anda atau tidak? Berani enggak membuktikan biaya hidup sesuai dengan pajak yang anda bayar itu? Kalau enggak bisa membuktikan itu, berarti Anda korup. Ini model-model pertanyaan yang bisa dilemparkan secara kritis dari pemilih pemula. Dari situ kamu bisa dilihat gimana dia menjawab."

Kalau kita masih bingung dan butuh lebih banyak info soal Pilkada 2017, kita bisa banget baca invole untuk awal Februari ini yang mebahas dengan lengkap Pilkada 2017, khususnya bagi kita para remaja atau anak muda. Cek artikelnya di sini ya: