Andrew Garfield: Selalu Dapat Peran Cowok Geek?

By Astri Soeparyono, Kamis, 17 Juli 2014 | 16:00 WIB
Andrew Garfield: Selalu Dapat Peran Cowok Geek? (Astri Soeparyono)

Karakter yang selalu diperankan oleh Andrew enggak pernah jauh-jauh dari sosok cowok geek yang bikin kita naksir. Tapi apa iya Andrew se-geeky perannya di film?

 

(Baca juga: Andrew Garfield Punya Groupies Sejak Kecil)

 

Siapa sih yang enggak jatuh cinta dengan karakter Peter Parker di film The Amazing Spider-Man? Cowok humoris, ganteng, pintar, dan setia banget sama ceweknya. Belum lagi pembawaannya yang geeky bikin kita semakin gemes aja. Di atas semua itu, Peter Parker is a superhero. Namun di balik karakter Peter Parker dan Spider-Man, ada satu sosok cowok yang piawai banget memerankan tokoh tersebut.

Andrew Garfield memang udah enggak asing, kok, memainkan peran cowok geeky. Di film sebelumnya yaitu The Social Network, Andrew pun memerankan tokoh cowok geek. Andrew berperan sebagai Eduardo Saverin, teman kuliah Mark Zuckerberg, sang penemu Facebook, di Harvard. Dia diceritakan sebagai cowok pintar yang awalnya berjuang bareng Mark, tapi akhirnya mereka pisah jalan.

Karena sering berperan sebagai cowok geek, kita sampai yakin kalau Andrew memang beneran geeky di kehidupan sebenarnya. Tapi, apa iya dia adalah cowok geek? Atau itu cuma sifatnya di film aja?

(Baca juga: Andrew Garfield, Antara Senam Orang Tua dan Spiderman2)

Dalam kehidupan nyatanya, Andrew bisa melihat sosok cowok geek dalam dirinya. Kalau kita mengikuti kisah hidupnya Andrew dari kecil, kita pasti tahu kalau Andrew pernah jadi korban bullying karena dia bukan cowok yang menonjol di sekolah.

"Aku selalu merasa jadi anak yang underdog. Dari kecil aku adalah anak yang kurus, bahkan sampai sekarang. Ketika semua orang main rugby, aku pun main rugby, tapi pasti jadi yang kalah dan yang terjerembab ke tanah saking lemahnya," kenangnya soal masa-masa ia masih sekolah.

(Baca juga: Andrew Garfield, Sepeda dan Kupluk Kesayangan)

Tapi walaupun ia memiliki masa yang kelam ketika itu, ia enggak merasa kesal lagi. "Aku justru berterima kasih kepada orang yang dulu pernah mem-bully aku. Karena tanpanya, aku enggak akan bisa sampai di posisiku sekarang ini," curhat Andrew.

Ia juga mengakui dengan adanya pengalaman bullying ini, ia justru bisa membangun alter ego di dalam dirinya. Andrew mengakui kalau dulu dirinya memiliki perasaan yang sensitif dan menganggap itu sebagai kelemahannya.

"Tapi sekarang aku sadar, kalau sifatku yang sensitif ini bukan suatu kekurangan, tapi justru menjadi kelebihanku. Aku bangga akan jiwaku yang sensitif," tambahnya lagi.

(audrey, foto: tonsofgifs.tumblr.com)