Asian Romeo and Juliet

By Astri Soeparyono, Rabu, 1 Mei 2013 | 16:00 WIB
Asian Romeo and Juliet (Astri Soeparyono)

Kisah cinta di Korea punya latar belakang sejarah kerajaan. Ceritanya tentang Pangeran Hodong dari kerajaan Goguryeo yang bermaksud menyerang kerajaan Nangnang. Enggak disangka ia jatuh cinta pada putri Nakrang dari Nangnang. Dikisahkan, Nangnang memiliki sebuah drum sakti yang akan berbunyi jika ada musuh menyerang. Tapi demi cintanya pada Hodong, putri Nakrang mengkhianati kerajaannya sendiri dan merusak drum itu.

Tiba-tiba dalam peperangan, Putri Nakrang terluka dan meninggal dalam pelukan Pangeran Hodong. Karena sedih, Pangeran Hodong pun akhirnya bunuh diri. Kisah ini banyak diangkat menjadi film, serial, buku, sampai tema perangko di Korea. Reruntuhan kerajaan Goguryeo juga menjadi peninggalan sejarah yang berharga bagi Korea Selatan. Dan masih bisa kita temui sampai sekarang.

 

Thailand punya kisah Kwan dan Riam. Kwan, anak seorang petani jatuh cinta pada Riam, putri petani paling kaya di desanya. Cinta mereka enggak disetujui ayah Riam. Ia ingin anaknya menikah dengan Joi, anak orang kaya. Karena menolak, Riam dibuang ke Bangkok untuk menjadi pembantu keluarga kaya yang memberikan tanah pada ayah Riam. Sementara Kwan diminta untuk menjadi pendeta oleh ayahnya.

Suatu hari Riam kembali ke desa menaiki kapal calon suaminya yang kaya raya, Somchai. Kwan meminta untuk bertemu untuk terakhir kalinya. Kwan pun membakar kapal Somchai agar Riam bisa menemuinya. Tapi Kwan tertembak oleh Somchai. Dalam keadaan luka, Kwan berenang menemui Riam yang menunggunya di tepi sungai. Melihat Kwan semakin lemah, Riam melompat ke sungai dengan membawa sebuah pisau. Ada yang bilang kalau sungai tempat Kwan Riam bertemu ini adalah sungai San Sap di Bangkok, yang sekarang jadi salah satu tujuan wisata di Bangkok.

 

Masih ingat kisah Sitti Nurbaya? Kisah klasik ini mengisahkan Sitti Nurbaya yang terpaksa menikahi Datuk Maringgih karena hutang ayahnya. Sitti pun mengirim surat pada kekasihnya yang sedang sekolah di Jakarta, Samsul Bahri. Ketika pulang ke Padang, Sitti sudah menikah dengan Datuk Maringgih. Tapi mereka tetap bertemu karena rindu. Ketika ini diketahui oleh Datuk Maringgih, ia marah. Ayah Samsul juga malu atas perbuatan anaknya, ia pun membuang Samsul ke Jakarta.

Di Jakarta, Samsul menerima surat yang mengatakan bahwa Sitti meninggal karena keracunan. Ia pun mencoba bunuh diri, namun gagal. Beberapa tahun kemudian, Samsul menjadi Letnan. Ia dikirim ke Padang untuk mengatasi kekacauan akibat Datuk Maringgih. Dalam kekacauan, Samsul menembah Datuk Maringgih. Namun ia terkena senjata Datuk Maringgih, sehingga ia pun meninggal. Untuk menghargai sang penulis, di Padang terdapat sebuah jembatan dan taman yang dinamai Sitti Nurbaya.

(astri, foto: japannavigator.com)