Writing Therapy, Cara Sederhana Luapkan Emosi

By Marti, Kamis, 5 Desember 2013 | 16:00 WIB
Writing Therapy, Cara Sederhana Luapkan Emosi (Marti)

Kalau sedang kesal bawaannya selalu pengin marah-marah. Padahal, cara ini cuma bikin kita makin emosi, lh. Kenapa enggak meluapkan emosi melalui writing therapy, girls?

Sama seperti bibliotherapy, writing therapy merupakan bagian dari terapi yang bisa dilakukan sendiri karena caranya yang sederhana. Dasar dari terapi ini adalah menjadikan tulisan sebagai media untuk meluapkan emosi, kekesalan, bahkan trauma. Untuk beberapa kasus, kita membutuhkan bantuan terapis. Tapi, baiknya terapi ini dilakukan setiap hari agar kita merasa lebih tenang karena enggak memendam emosi lagi,g irls.

Terapi ini bermanfaat banget untuk remaja. Banyaknya tekanan yang kita rasakan, entah dari teman, pacar, sekolah, atau lingkungan sekitar, membuat kita seringkali kesulitan untuk melewati tekanan itu. Dengan terapi ini, kita bisa mengidentifikasi beberapa perasaan dan emosi yang kita rasakan. Dan, emosi negatif yang selama ini kita pendam bisa disalurkan lewat tulisan.

Menulis itu seru banget, lho, girls. Dan, dalam writing therapy ini enggak ditentukan kita harus menulis apa. Malah dianjurkan banget untuk menulis sesuka hati tentang apa yang kita rasakan dan kita inginkan. Menulis seperti ini tentunya menjadi sarana bagi kita untuk jujur kepada diri sendiri.

James W Pennebaker, psikolog yang peduli terhadap masalah remaja mengatakan bahwa sebaiknya kita menulis selama 15-20 menit untuk satu kali sesi. Dan, lebih baik lagi kalau dalam sehari ada lima sesi menulis. Sehingga, perasaan kita selama sehari ini bisa dituangkan ke dalam tulisan.

Misalnya kita kesal karena perjalanan ke sekolah yang menyebalkan. Kita bisa menulis, "nyebelin banget, deh. Macet banget tadi di jalan. Mana ada pengamen lagi, jadi enggak bisa istirahat, deh. Terus, tadi juga kesiangan makanya mood-nya jelek banget." Dengan menuliskan hal sederhana ini, kita bisa meluapkan semua kekesalan sehingga enggak ada emosi yang tertinggal dan bisa mengganggu konsentrasi ketika belajar.

Kita juga bisa menulis tentang hubungan dengan orang lain, seperti pacar, teman, guru, kakak, adik, orangtua, dan siapa aja. Enggak hanya saat sedang kesal, waktu bahagia pun sebaiknya kita tetap menulis. Selain merekam kejadian penting dalam hidup, menulis ini juga membuat kita merasa lebih lega. Dan, jika kita menuliskan suatu masalah besar serta perasaan kita ketika menghadapinya, kita bisa mencari solusi yang tepat, girls.

Enaknya writing therapy ini, enggak ada batasan bagi kita. Kita bisa menulis sesuka hati, enggak perlu memikirkan tanda baca, kata baku, struktur kalimat, dan hal teknis lainnya. Yang perlu kita lakukan hanyalah terus menulis sampai kita merasa lega dan puas.

Pengin mencoba terapi ini, girls? Caranya mudah banget. Kita tinggal mengambil selembar kertas dan alat tulis lalu mulai menulis. Jika bingung, kita bisa menulis tentang hal ini: