Enggak perlu sedih kalau IQ cuma rata-rata. IQ bisa berubah dan kesuksesan seseorang tidak sepenuhnya bergantung kepada IQ.
Setiap masuk sekolah atau pembagian jurusan, kita harus melewati tes IQ. Kita pun dihadapkan pada kenyataan bahwa IQ kita cuma rata-rata atau yang lebih menyedihkan lagi IQ kita paling rendah di antara teman-teman atau saudara kita. Rasanya masa depan pun suram.
IQ (intelligent quotient) test ditujukan untuk menilai tingkat kecerdasan seseorang. IQ antara 85-114 dikategorikan sebagai rata-rata, 115-129 dikategorikan sebagai cemerlang atau di atas rata-rata, 130-144 berbakat, 145-159 sangat berbakat, di atas 160 dikatagorikan jenius. Beberapa ilmuan terkenal punya IQ dalam kategori jenius seperti Einstein (160), Issac Newton (190), Charles Darwin (165) dan Leonardo Da Vinci (220) .
Penelitian yang dilakukan oleh Wellcome Trust Centre for Neuroimaging di University College London membuktikan itu. Mereka melakukan tes IQ pada siswa umur 12-16 tahun di tahun 2004. Lalu tiga tahun kemudian mereka lakukan tes pada siswa yang sama yang kala itu umurnya sudah bertambah menjadi 15-20 tahun. Ternyata hasil tes IQ ketika umur 12 tahun dan setelah umur 15 tahun mengalami peningkatan. Kok bisa?
Ternyata selama masa itu para siswa terus belajar. Yang artinya mereka terus mengasah otak sehingga sel-sel otak terus bekerja aktif. Richard Nisbett, profesor psikologi dari Universitas of Michigan juga bilang kalau IQ kita akan bisa berubah seiring waktu. Tapi semakin kita bertambah umur, semakin stabil hasil skor IQ kita. Jadi mumpung masih remaja, kemungkinan besar untuk berubah masih banyak. Nah, jadi jangan pernah berhenti belajar, ya?
Mumpung otak kita masih bisa berkembang, kita bisa melatih otak agar IQ bertambah. Salah satu cara misalnya dengan bermain scrabble dan sudoku. Kedua permainan ini membantu perkembangan otak verbal dan matematika. Kita juga bisa bermain dengan brain game lainnya, seperti Rubik's Cube.
Untuk melatih daya ingat, cara paling gampang adalah dengan menulis diary. Otak kita dirangsang untuk melakukan 'review' atas apa yang sudah terjadi hari itu. Para jenius seperti Einsten, Isaac Newton terkenal sebagai orang yang rajin menulis diary, lho. Dan, terakhir, jangan lupa berolahraga. Olahraga merangsang meningkatnya detak jatung dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otak. Ini juga membuat otak kita jadi bekerja dengan optimal.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, banyak orang mulai mengkritik soal tes IQ ini. Enggak sedikit yang berpendapat kalau IQ is so overrated! Karena terbukti kalau dalam dunia kerja enggak hanya IQ yang dibutuhkan. IQ memang membantu untuk mencapai kesuksesan tapi banyak faktor lain yang menentukan sukses atau enggaknya kita kelak. Salah satunya adalah EQ atau Emotional Quotient.
EQ mengukur sejauh mana seseorang mampu menggunakan dan menyalurkan emosinya. Bagaimana dia mengatur emosi diri sendiri dan emosinya pada orang lain, apakah dia mampu dengan baik mengekpresikan perasaan sesuai dengan keadaan, mampu memotivasi diri dan membangun hubungan yang baik dengan orang lain, sampai memahami emosi orang lain. Kalau kita masih sering galau, artinya emosi kita masih belum stabil, tuh. Dengan kata lain, EQ masih rendah hi-hi-hi! Latihan yuk, biar EQ kita maksimal.
(muti, foto: fanpix.com)