Kalau Mama &Papa Sering Bertengkar

By , Senin, 22 April 2013 | 16:00 WIB
Kalau Mama &Papa Sering Bertengkar (cewekbanget)

Pernah lihat orangtua kita bertengkar? Itu bukan berarti orangtua kita enggak cocok. Menurut Psikolog Roslina Verauli M.Psi, umumnya pernikahan yang sehat justru ada konflik. Sama seperti hubungan pertemanan. Saat bertengkar dengan sahabat, kita jadi lebih mengerti harapan serta batasan yang disukai atau enggak olehnya. Begitu juga dengan orangtua. Mereka butuh konflik untuk bisa saling memahami diri mereka.

Pernikahan orangtua kita bisa terbilang sehat kalau konflik di antara mereka justru berdampak konstruktif (membangun) untuk hubungan mereka. Orangtua bisa membicarakan dan menyelesaikan konflik, bikin makin kenal satu sama lain. Tapi, kalau mereka makin sering bertengkar, bisa jadi hubungan mereka sudah enggak sehat lagi. Cek tips berikut.

Tiada hari tanpa bertengkar buat orangtua kita. Mereka jadi mudah marah serta jarang terlihat mesra dan tertawa bareng. Enggak jarang mereka bertengkar di depan kita. Mereka kelihatan seperti saling menghindar dan sering diam-diaman tanpa komunikasi.

 

Sebaiknya saat melihat mereka bertengkar, kita enggak perlu ikut campur. Beri mereka kesempatan untuk membicarakan konflik mereka dengan hanya berdua saja. Langkah yang paling tepat adalah menjauh dari mereka, misalnya masuk ke dalam kamar. Kalau perlu, ajak kakak dan adik kumpul bareng untuk ngobrol atau melanjutkan kegiatan masing-masing. Pasti jadi lebih tenang, deh.

 

"Kalau semakin sering bertengkar, ini tandanya pernikahan orangtua sudah enggak sehat lagi. Karena konflik enggak bisa diselesaikan dan berdampak destruktif alias merusak. Apalagi kalau sudah melibatkan aksi kekerasan. Sebagai anak kita bisa ajak orangtua ngobrol secara terpisah. Kalau mereka baru bertengkar beberapa waktu ini saja, coba kasih gambaran tentang moment indah mereka. Bila perlu tunjukkan foto saat mereka terlihat begitu harmonis, seperti foto pernikahan. Ceritakan tentang adanya psikolog pernikahan yang bisa membantu pasangan suami-istri yang memiliki konflik berat untuk diselesaikan. Tunjukkan bahwa pernikahan mereka terlalu indah dan keluarga kita terlalu berharga untuk berakhir dalam konflik berkepanjangan."

 

Usaha untuk mendamaikan orangtua sudah dilakukan semua. Tapi, mama dan papa malah memutuskan untuk mulai menjalani proses persidangan perceraian. Memang, sih, sejak menjalani proses ini frekuensi bertengkar mereka jadi berkurang. Cuma teteep aja enggak pengin mereka pisah.

 

Yang paling penting se-emosi apa pun kita tetap harus menjalin hubungan yang baik dengan keduanya. Kalau perlu dorong mereka menyelesaikan konflik di antara mereka tanpa melibatkan kita dan saudara. Walaupun ada konflik di keluarga, bukan berarti kita bisa berhenti bersenang-senang. Ajak adik atau kakak untuk mencari hiburan di luar rumah.

"Enggak perlu memaksakan diri untuk pura-pura kuat atau enggak terganggu dengan kondisi sidang tersebut. Kita bisa curhat ke orangtua apa yang kita rasakan. Semakin terbuka, kelak kita semakin mudah mengatasi peristiwa lainnya dan lebih gampang menyembuhkan luka dari kejadian ini. Bila secara emosional kita merasa benar-benar terganggu, minta orangtua untuk mengajak kita ke psikolog. Kalau perpisahan adalah jalan terbaik bagi mereka, membuat mereka bisa bernafas lega dan akur sebagai sahabat, kenapa enggak? Namun, ingatkan mereka untuk enggak tergesa-gesa memutuskan bercerai. Kalau salah satu orangtua curhat pada kita, arahkan mereka untuk curhat pada pihak ketiga. Mereka perlu tahu bahwa kita bukan pihak ketiga yang tepat untuk diajak curhat, apalagi diajak berpihak."

 

Setelah melalui proses perceraian, papa dan mama berpisah. Keputusan persidangan memutuskan kita  tinggal dengan ibu, sementara ayah tinggal di tempat terpisah. Rasanya sediiih banget. Enggak ada lagi, deh, saat-saat kumpul lengkap sekeluarga.

 

Sedih itu pasti. Tapi, enggak ada gunanya sedih berkepanjangan. Kita, kan, tetap memiliki orangtua lengkap, bedanya hanya lokasi tempat tinggal aja. Yakini dalam hati kalau keputusan ini yang terbaik untuk keluarga kita. Yakinkan juga orangtua kalau mereka bisa tetap berperan jadi orangtua yang hebat dan kita pun bisa tetap berprestasi.

"Yang perlu diingat, mereka bersama atau enggak, status mereka tetap orangtua kita. Meski hak asuh ada pada ibu, umumnya kita tetap diberi kesempatan untuk bisa mengunjungi dan dikunjungi oleh ayah. Atau bila orangtua bercerai baik-baik, pengaturan tentang jadwal bertemu dan tempat tinggal kita bisa lebih fleksibel. Pastikan kita tetap keep in contact dengan kedua orangtua. Interaksi rutin yang kita lakukan dengan mereka semakin berdampak baik bagi kita dan orangtua. Dampak perceraian pada anak terlihat dalam bentuk emosional, self-esteem, bahkan depresi. Tapi, semua dampak bisa diatasi dengan cara: orangtua dan kita saling terbuka serta membuat pertemuan rutin antara kita dan kedua orangtua. Dan, kita pun akan tetap happy."

(isma, foto: ehow.com)