Stalking: Dari Penasaran Hingga Obsesi

By , Kamis, 21 Maret 2013 | 16:00 WIB
Stalking: Dari Penasaran Hingga Obsesi (cewekbanget)

Setiap buka Twitter atau Facebook, seringkali yang kita buka lebih dulu akun gebetan atau mantan pacar kita. 'stalking' sepertinya sudah jadi bagian hidup kita.

 

Sebenarnya stalking itu bukan kegiatan yang fun, lho. Kata stalking sendiri udah mengalami perubahan dan penurunan arti dari arti yang sebenarnya. Menurut buku Psychology of Stalking karangan Meloy, stalking adalah perilaku kriminal ketika seseorang memburu atau mengejar orang lain lebih dari batas kewajaran secara obsesif sehingga menjadi ancaman dan berpotensi membahayakan.

Dari segi hukum sendiri ada tiga hal yang terjadi dalam stalking itu sendiri. "Ada pola perilaku yang mengganggu dan enggak diinginkan orang lain, dalam hal ini korbannya. Ada ancaman baik dilakukan secara langsung atau tidak langsung oleh si pelaku dan sebagai akibat dari perilaku ini, orang lain menjadi takut," jelas  mbak Priscillia Misero, S.Psi.

Orang melakukan stalking karena adanya kebutuhan untuk menguasai atau mengontrol orang lain, yang dalam hal ini adalah si korban. Banyak kasus stalking, terutama kasus stalking pada seleb, berakhir di pengadilan.

Sosial media seperti Twitter,Facebook atau pun blog memang salah satu media yang paling gampang untuk dijadikan tempat stalking. Malah ada istilah cyber stalking. Ini mirip stalking di dunia nyata tapi dilakukan lewat internet, termasuk social media. Ini terjadi karena semakin banyak orang yang menceritakan soal kehidupannya di social media.

Frekuensi, kuantitas dan kualitas berbagi ceritanya pun lebih banyak dibandingkan dengan pertemuan langsung. Yang membaca pun enggak cuma orang yang kita kenal, tapi juga orang asing.

Kadang cyber stalking konsekuensinya enggak langsung. Korban sering baru tahu belakangan dia terkena cyber stalking. Pelakunya juga lebih sulit dilacak, karena sering mereka menggunakan nama samaran atau akun palsu. Makanya, girls, hati-hati menaruh info pribadi kita di dunia maya, ya!

Hingga sekarang, masih banyak kasus stalking dalam arti yang sebenarnya. Namun, kata itu mulai mengalami perluasan arti, seperti yang sering kita pakai sekarang. Seperti stalking gebetan di Twitter atau Facebook.

"Nah dalam konteks pergaulan ini walau beda tapi dorongannya sedikit banyak mirip dengan stalking itu sendiri. Rasa ingin menguasai dan ingin memiliki hal-hal ini yang menimbulkan perasaan cemburu berlebihan, atau sangat posesif tanpa disadari. Misalnya, kita putus dari pacar, lalu pacar kita terdengar punya gebetan baru. Kita berusaha keras mencari tahu siapa gebetan baru itu, apa yang dia lakukan, dan lain-lain. Kadang juga untuk memberikan kepuasan pribadi dalam diri kita sendiri bahwa kita lebih OK dari si gebetan baru tersebut," ucap mbak Priscillia Misero, S.Psi.

Hal yang paling sederhana, kita hanya ingin cari informasi soal orang tersebut. Entah itu soal kegiatan sehari-hari atau hobinya. Kalau sebatas itu, sih, enggak bahaya. Tapi kalau kita udah enggak tahu kapan berhenti, sudah mulai jadi obsesi dan sampai pada titik  kita 'harus' melakukan itu tanpa sadar, itu baru jadi masalah. 

"Efeknya enggak jarang membuat kita down. Kita jadi fokus pada hal itu saja. Padahal begitu banyak hal menarik yang bisa jadi perhatian kita, kan?" tambah mbak Priscillia lagi. Bener banget. Sekali-kali enggak masalah tapi jangan jadi obsesi ya!

(muti, foto: overtimeproduction.com)