Puluhan Ribu Cewek Jepang Terobsesi Kurus Sampai Menderita Bulimia & Anoreksia

By Aisha Ria Ginanti, Selasa, 3 Mei 2016 | 12:50 WIB
foto: womanjp.com (Aisha Ria Ginanti)

Tekanan sosial untuk selalu terlihat menarik dan cantik telah membahayakan kehidupan cewek-cewek muda di Jepang. Pasalnya, puluhan ribu cewek di sana rela melakukan apa pun demi memperoleh tubuh langsing, tanpa memikirkan risiko yang bakal terjadi di masa depan. Alhasil, puluhan ribu cewek Jepang terobsesi kurus sampai menderita bulimia & anoreksia.

Terbukti, data departemen kesehatan Jepang membeberkan, lebih kurang 10.000 wanita Jepang alami gangguan makan, bulimia dan anoreksia, pada tahun 2014 silam. Angka tersebut terus meningkat di tahun 2016.

Alasan utama mereka yang mengaku sedang dan pernah menderita bulimia dan anoreksia adalah pengin memiliki tubuh kurus. Namun, kabarnya, jumlah penderita gangguan makan akibat diet berlebihan di Jepang lebih banyak. Sebab, enggak sedikit cewek yang mau emengakui bahwa mereka sengaja menderita gangguan makan demi tubuh langsing.

Salah satu cewek Jepang bernama Motoko, mengatakan pada BBC, bahwa dia benci dengan tubuhnya yang gemuk. Pasalnya, semenjak kecil, dia selalu dicela dan dijadikan olokan oleh teman-teman sebayanya.

“Aku benci gemuk. Teman-temanku sering mempermalukanku karena tubuhku. Jadi, aku memang selalu ingin mengubah bentuk tubuhku,” ungkap Motoko. Motoko mengaku sudah mengalami gangguan makan semenjak usia 16 tahun. Dia terobsesi menjadi kurus sehingga selalu menghitung jumlah kalori yang dia konsumsi sehari-hari.

Alhasil, dalam beberapa tahun, tubuh Motoko pun kurus drastis. Namun, orangtuanya mengaku enggak banyak berkomentar mengenai perubahan tubuhnya dan sama sekali tidak menolongnya mencari bantuan.

“Mereka bersikap negatif mengenai apa yang aku alami. Saat aku berusaha minta pertolongan ke dokter, mereka justru menganggap itu ide buruk. Sekarang, ibuku merasa bersalah dan ayahku menyalahkan ibuku,” urainya.

Menurut Dr Aya Nishizono-Mahe dari Japan Society for Eating Disorder, kondisi Motoko menjadi begitu lazim terlihat pada wanita-wanita muda Jepang. “Para orangtua melihat anak yang memuntahkan makanan sebagai perilaku memalukan. Mereka merasa harus menyembunyikan kondisi itu. Orangtua melihat kondisi tersebut sebatas anak yang menyia-nyiakan makanan, tapi kondisinya lebih buruk dari itu,” jelas Dr Nishizono-Mahe.

Wakil Direktur dari Departemen Kesehatan Jepang, Takanobu Matzusaki, mengatakan bahwa pemerintah telah memiliki program untuk menangani fenomena terobsesi tubuh kurus atau langsing yang terjadi pada cewek-cewek Jepang.

“Kami ingin mensosialisasikan kesadaran pada orang-orang yang mengalami gangguan makan. Kami mengadakan simposium publik dan merilis informasi di situs resmi kami mengenai program yang kami tawarkan,” jelas Matzusaki.