7 Cerita Memilukan Tentang Kerasnya Kehidupan Sebagai Perempuan di Papua

By Ifnur Hikmah, Kamis, 8 Maret 2018 | 06:12 WIB
7 Cerita Memilukan Tentang Kerasnya Kehidupan Sebagai Perempuan di Papua (Ifnur Hikmah)

Ditambah banyaknya beban pekerjaan sehari-hari membuat akses perempuan terhadap kesehatan jadi makin minim. Sehingga kesehatan perempuan seringnya jadi terabaikan.

Seks bebas di Papua tergolong tinggi. Begitu juga dengan tingkat kematian karena HIV/AIDS yang tergolong tinggi. Hal ini dipicu oleh adat istiadat yang masih dipertahankan sampai sekarang.

Di Papua, seorang kepala suku berhak menyalurkan hasrat seksualnya kepada perempuan mana pun di dalam sukunya. Kalau kepala suku sudah menginginkan seorang perempuan, maka enggk ada yang berani menolak.

Selain itu, kurangnya pengetahuan akan kesehatan seksual membuat banyak yang terkena HIV/AIDS.

Sama seperti rumah sakit, enggak semua desa memiliki sekolah. Sehingga setiap kali mau ke sekolah harus menempuh perjalanan panjang.

Misalnya saja anak-anak dari desa Yahukimo yang harus sekolah ke desa seberang. Mereka menempuh perjalanan panjang, bahkan tanpa alas kaki.

Melihat perjuangan mereka membuat kita harus segera berpikir ulang kalau berniat malas-malasan belajar, nih.

Angka putus sekolah di Papua tergolong tinggi. Namun, perempuan lebih rentan untuk putus sekolah lebih cepat. Menurut data dari Indonesia Governance Index tahun 2013 lalu. Anak perempuan di Papua lebih cepat 1,5 tahun putus sekolah dibanding anak laki-laki.