Setidaknya Kita Harus Merasakan Patah Hati Sekali Seumur Hidup. Soalnya Membawa Efek Baik Buat Kita

By Ifnur Hikmah, Selasa, 20 Maret 2018 | 03:00 WIB
Foto: fyeahsonnaeun.tumblr.com (Ifnur Hikmah)

Patah hati? Hmmm… mungkin enggak ada yang mau ngerasain patah hati, entah itu karena putus dari pacar atau karena ditolak gebetan yang kita sayaaang banget. Kesaanya, patah hati itu keadaan yang benar-benar menyedihkan. Dan, jangan sampai, deh, itu terjadi sama kita. Padahal, setidaknya kita harus merasakan patah hati sekali seumur hidup, solanya membawa efek baik buat kita.

“Akhir tahun 2016 kemarin, aku putus dari pacarku sejak SMA. Kita sudah pacaran selama lima tahun lebih. Udah kenal banget satu sama lain. Putusnya karena dia selingkuh. Rasanya sakit banget. Lumayan lama buat berhenti nangis setelah putus. Kalau dibilang sudah move on, kayaknya sih belum, soalnya aku masih terus teringat dia. Ya lima tahun itu lama, ya, jadi sampai sekarang kalau keingat masih suka sedih.” (Yessi, 21 tahun, Jakarta).

Patah hati memang menyakitkan. Apalagi kalau penyebabnya bukan karena kesalahan kita atau ada sesuatu yang enggak bisa dihindari dan membuat kita dan pacar harus putus. Ketika mengalami hal ini, bawaannya dunia seakan berakhir.

Wajar jika kita merasa seperti itu. Soalnya, diri kita mendapat tekanan yang berat dan pola kehidupan kita berubah drastis. Kita juga akan merasakan kesedihan mendalam akibat patah hati, hilangnya kepercayaan kepada orang yang selama ini kita percayai, atau karena pengkhianatan yang kita rasakan.

Namun ternyata, setidaknya sekali dalam seumur hidup, kita harus merasa patah hati.

Baca juga di sini lagu galau untuk mengobati patah hati karena dikhianati cowok.

Jika melihat sisi buruk yang diterima, patah hati memang jadi momok menakutkan yang sebisa mungkin kita hindari. Namun, patah hati ini merupakan siklus alami yang pasti akan dialami oleh semua orang.

Patah hati ini ibarat sebuah alarm yang membuat kita terbangun dari tidur panjang. Kadang, dibutuhkan sebuah tekanan berat dan kejutan yang sangat besar sehingga rasanya kita ingin marah. Sehingga, hal ini akan membuka mata kita untuk lebih peduli dengan sekitar dan terutama dengan diri kita.

Ketika merasakan kesedihan itu, kita cenderung mencari obat melalui hal-hal yang bisa membuat kita lupa akan kesedihan. Atau malah agar kesedihan itu hilang. Dengan begitu, kita mulai mempedulikan diri sendiri. Kita jadi lebih memperhatikan diri sendiri.

Inilah yang dimaksud dengan wake up call ini, yaitu sebuah kejutan besar agar kita lebih perhatian kepada diri kita.

Ketika putus cinta, mungkin saja itu bisa menghilangkan kepercayaan kepada orang lain. Bukan hanya pacar, bisa saja kita juga enggak mempercayai siapapun lagi. Sehingga, satu-satunya yang bisa diandalkan adalah diri kita sendiri.

Saat patah hati, ketika kita mengunci diri di kamar dalam waktu lama, mengabaikan dunia luar, dan pada akhirnya kita jadi memberanikan diri untuk keluar dari masa-masa berat ini. Inilah saat kita menyadari kekuatan yang kita miliki yang selama ini mungkin enggak kita sadari.

“Setelah putus, aku jadi lebih sering sendiri. Enggak tahu kenapa, rasanya nyaman aja sendiri. Aku sering jalan sendiri, nongkrong di kafe sendiri, pergi nonton sendiri, ke mana-mana sendiri. Lama-lama rasanya nyaman, mungkin karena ini selalu bareng kali, ya. Saat itu aku sadar sih kalau ternyata aku bisa mandiri. Aku enggak perlu diantar jemput ke kampus lagi.” (Maria, 19 tahun, Jakarta).

Hal lainnya adalah, kita jadi lebih menghargai diri kita. Ketika sedih, kita sering bertanya, ‘apa ya yang bisa bikin aku bahagia?’ sehingga kita jadi mencari hal yang bisa memicu datangnya rasa bahagia itu. Saatnya kita melihat isi bucketlist dan berusaha mewujudkannya. Tanpa disadari kita jadi lebih menghargai diri kita, karena kita memusatkan perhatian pada diri sendiri dan jadi tahu apa yang sebenarnya diri kita inginkan.

“Setelah putus, aku pernah nekad pergi liburan sendirian ke Yogya. Katanya sih lebih baik mencari suasana baru yang bisa bikin kita lupa sama mantan. Kalau enggak karena putus, mungkin aku enggak bakal pernah berani pergi liburan sendirian.” (Amanda, 19 tahun, Bogor).

Patah hati memang menyakitkan. Tapi setidaknya sekali dalam seumur hidup, kita harus merasakan patah hati karena dengan begitu, kita jadi lebih mengenal diri kita.