Atau ada cewek yang gemuk sedikit pamer foto selfie dengan PD langsung dihina fisiknya, di-bodyshaming, hanya karena perut atau bokongnya besar, mungkin.
Tapi enggak begitu kalau cowok yang melakukan itu. Atau ya, yang paling umum adalah jadi korban cat calling, yaitu digodain saat jalan atau berada di tempat umum, kayak dikasih siulan atau dipanggil-panggil dengan nada menggoda yang mengganggau.
Baca juga: Mengirim Foto Telanjang ke Pacar Itu Bukan Tanda Cinta. Kita Harus Menolaknya Dengan Tegas
Perlu kita sadari bahwa hal-hal tersebut adalah bentuk dari dan .
Umumnya seksime terjadi pada gender perempuan. Perempuan umumnya dianggap lebih rendah, lebih enggak mampu dan lebih dibatasi dalam melakukan segala sesuatu.
Oh ya, sebelumnya kita harus tahu dulu ya, bahwa tu berbeda dengan . .
Jadi gender itu bukan lah kodrat yang bersifat mutlak dan harus dipatuhi. Misalnya, secara jenis kelamin, perempuan itu pasti akan mengalami menstruasi dan punya payudara (buah dada).
Itu kodrat kita sebagai cewek, bukan gender. Seksime dan misoginis umumnya menjadikan cewek sebagai objek, bukan subjek.
Apa bedanya? Saat kita sebagai cewek dianggap sebagai objek, berarti kita enggak punya kuasa, bahkan terhadap diri kita sendiri. Kita adalah objek yang mendapatkan kuasa dari orang. Bukan sosok yang punya kuasa atas dirinya sendiri.
Sekisme dan misoginis ini sebenarnya banyak dan sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Meski umumnya kita sebagai cewek jadi objek penderita, enggak jarang juga kita melakukan tindakan seksime pada cowok atau tindakan seksisme dan misoginis pada sesama cewek.
Sedihnya, hal ini jadi dianggap biasa dan dimaklumi karena sudah jadi sebuah konsep yang dianggap wajar dalam masyarakat. Sehingga kita cenderung diam, atau kalau pun enggak suka, enggak berani mengungkapkan atau melawannya, karena takut.