Pas mereka udah dekat, aku sadar kalau aku juga naksir dia. Untung mereka enggak jadian karena enggak cocok, dan aku bisa dekat sama cowok itu.
Tapi aku ngomong dulu kok sama temenku dan dia enggak masalah. Jadi, no hard feeling di antara kita bertiga.” (Aliya, 17 tahun, Bandung).
Ada dua pilihan untuk kita, memendam perasaan itu atau jujur sama sahabat. Namun, dua-duanya punya kelebihan dan kekurangan.
Enggak cuma menyakiti diri kita, tapi juga menyakiti diri sahabat. Kalau sahabat ternyata enggak cocok sama cowok itu, kita mungkin bisa jujur dan mendekati si cowok.
Namun, kalau ternyata sahabat juga naksir, bisa-bisa terjadi perang, nih.
Kalau jujur, kemungkinan terburuk yang bisa terjadi adalah sahabat marah sama kita. Kita jadi lega, tapi mungkin saja persahabatan kita rusak.
Jika kita yakin bisa menanggung risiko ini, enggak ada salahnya untuk jujur.
Pilih timing yang pas, misalnya saat suasana hati sahabat sedang bagus, sehingga kita dan dia bisa ngomong dengan kepala dingin.
Ketika teman marah, beri dia waktu untuk mengatasi kekecewaannya. Tekankan pada dia kalau kita enggak bermaksud untuk ingkar janji atau berkhianat.
Namun, bisa juga kita memilih untuk menutup diri. It’s okay, kok. Kita bisa mencoba mengatasi patah hati ini dan move on dari cowok itu.
Kita butuh waktu untuk bisa move on, dan untuk sementara, mungkin kita bisa mengurangi waktu hangout bertiga, jadi enggak perlu gigit jari melihat kedekatan sahabat dengan cowok itu.
Yang penting diingat, jangan sampai hubungan kita dan sahabat jadi rusak karena satu cowok. Yakin, deh, kita pasti bisa move on, dan siapa tahu nanti ketemu cowok lain yang lebih baik.
Lihat di sini alasan-alasan kenapa kita bisa gagal jadi mak comblang.
Kalau pengin jadi mak comblang yang sukses, bisa contek tips yang ada di sini.