Sebenarnya, Putus Baik-Baik Itu Enggak Ada. Karena Kalau Masih Baik... Ya Enggak Akan Putus

By Ifnur Hikmah, Selasa, 28 Februari 2017 | 11:30 WIB
foto: dramabeans.com (Ifnur Hikmah)

Kita sering dengar kalimat ini, “kita putusnya baik-baik, kok.” Atau justru mungkin kita sendirilah yang sering mengucapkan kalimat ini. Ketika putus dari pacar, kita mengaku kalau itu putus baik-baik dan berdasarkan kepada keputusan kita berdua. Namun, beneran bisa enggak sih putus baik-baik itu?

Putus baik-baik memang sering jadi alasan. Termasuk pada saat putus, kita dan pacar masih dalam keadaan sama-sama sayang, tapi karena sesuatu keadaan, kita terpaksa putus. Putusnya pun berdasarkan keputusan yang kita ambil berdua. Enggak ada berantem hebat pada saat putus. Kesannya, sih, putus baik-baik. Karena kalau masih baik-baik saja, ya kita enggak bakalan putus.

Namun bener enggak, sih, kita bisa putus baik-baik sama pacar? Keadaan yang paling mendekati dengan putus baik-baik adalah proses putus yang berdasarkan hasil keputusan berdua. Bukan putus yang didasarkan pada keputusan emosional salah satu pihak.

Alasan kenapa enggak ada putus yang baik-baik itu adalah karena sebenarnya, pada saat putus, itu berarti ada pihak yang tersakiti. Diri kita atau mantan merasakan sakit ketika cinta yang dibina selama ini harus kandas. Apa pun alasan yang membuat kita akhirnya harus putus, rasa sakit hati itu akan pasti ada. Mungkin kita enggak menyadarinya, atau malah sengaja menutup-nutupinya, tapi tetap saja perasaan tersakiti itu ada. Karena itulah, putus baik-baik itu enggak ada.

“Aku enggak percaya dengan adanya putus baik-baik. Waktu putus sama pacarku, itu karena keputusan kita berdua, enggak ada orang ketiga, dan alasan lain. Meski terkesan baik-baik, tetap saja rasanya sakit setelah putus. Aku kehilangan orang yang aku sayang dan setelah ini, enggak ada lagi yang perhatiin aku. Rasanya kosong aja. Dan kalau ingat mantan, rasanya makin sakit. Makanya, aku enggak percaya dengan putus baik-baik karena kalau baik-baik pasti enggak akan merasa sakit kan?” (Mita, 20 tahun, Jakarta).