Ketika cowok yang kita sayang meninggalkan kita untuk cewek lain, ketika kita harus berantem dengan pacar dan berakhir dengan kata putus, ketika enggak ada lagi sapaan sayang yang menghiasi layar ponsel kita setiap hari, katanya itu adalah hari-hari terburuk bagi mereka yang sedang patah hati dan baru putus cinta.
Apakah selalu begitu? Apakah benar putus dengan pacar adalah patah hati paling menyakitkan?
Untuk sebagian orang, ada hal yang lebih menyakitkan dibandingkan putus dengan pacar, yaitu putus hubungan dengan sahabat. Sahabat adalah seseorang yang menerima kita apa adanya, enggak bosan mendengarkan curhatan kita setiap hari, seseorang yang selalu menjadikan kita sebagai pilihan pertama ketika sedang membutuhkan sesuatu, seseorang yang begitu percaya kepada kita.
Untuk sebagian orang, berantem dengan sahabat yang berujung pada sebuah perpisahan adalah tragedi yang menyakitkan. Terlebih lagi jika sudah membangun pondasi persahabatan itu sejak lama dan susah payah.
Pernah kamu kehilangan sahabatmu karena kesalahan kamu sendiri? Atau sebuah pertengkaran hebat menghancurkan persahabatan kalian yang sudah lama menjadi hancur lebur? Kalau pernah, kamu pasti pernah merasakan yang teman-teman kita rasakan ini.
Kembali Menjadi Orang Asing
"Aku pernah punya sahabat dari kecil, awalnya karena kita bertetangga dan sering main bareng jadinya dekat. Orangtua kita sudah saling kenal dan akrab, aku menganggap dia seperti kakakku sendiri, karena dia lebih tua usianya satu tahun denganku.
Sampai kita duduk di bangku SMA, masih dekat dan sering curhat, meski beda sekolah. Menjelang kelas 3 SMA, tiba-tiba dia jadi jarang mau main ke rumahku dan kalau aku berkunjung ke rumahnya, dia selalu enggak ada di rumah. Aku enggak tahu alasannya kenapa hingga akhirnya kita berdua enggak pernah komunikasi lagi sampai sekarang.
Aku pernah sesekali berpapasan dengannya di depan gerbang, tapi dia membuang muka. Kadang aku hanya ingin tahu alasan dia menjauhiku karena sedih banget kehilangan seorang sahabat.” (Tristie, 19 tahun)
“Aku pernah punya sahabat waktu SMP dan kita bersahabat tiga orang. Selama sahabatan sama mereka, berantem sih pasti pernah, tapi selalu baikan besoknya jadi enggak pernah berantem yang lama banget gitu.
Sampai akhirnya satu hari, aku berantem dengan salah satu sahabatku dan itu parah banget hingga akhirnya kita diam-diaman. Penyebabnya sebenarnya sepele karena aku enggak menepati janji tapi aku enggak mau minta maaf dan mengakui kesalahanku.
Sahabatku yang satunya berusaha untuk bikin kami baikan tapi enggak berhasil. Akhirnya dia mulai menjauh dari aku dan dekat dengan teman-teman barunya. Dia jadi terlihat orang asing di mataku. Sedih banget, apalagi aku enggak punya keberanian untuk datang dan minta maaf kepadanya.” (Sarah, 18 tahun)
Baca juga: 10 Quotes Romantis Dari Novel Indonesia yang Bikin Galau
Sesederhana Kata Maaf
Dalam beberapa kejadian, kita dan sahabat sering terlibat dalam permasalahan sepele yang berujung pada pertengkaran hebat. Dan biasanya, sudah tahu ada yang salah, ego membuat kita malu untuk meminta maaf dengan sahabat sendiri. Hal itu yang akhirnya bikin kita putus hubungan pertemanan dengan sahabat.
Atau mungkin kita terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri sehingga melupakan kepentingan sahabat. Misalkan kita hanya menghubungi sahabat ketika kita lagi galau, sedih, atau butuh pertolongan. Tapi saat kita lagi bahagia, sering kita lupa untuk menghubungi sahabat.
Cobalah untuk menghargai sahabat dan keberadaannya saat ini untuk kita. Hingga kita bisa menjaga kebersamaan itu dalam waktu yang lebih lama. :)
Penulis | : | Debora Gracia |
Editor | : | Debora Gracia |
KOMENTAR