Kita mungkin punya teman yang pengin banget pacaran, atau jangan-jangan malah kita sendiri.
Perasaan pengin banget ini bisa jadi disebabkan karena kita membayangkan gimana serunya orang-orang yang pacaran, bisa nonton film bareng, bercanda sambil makan, pokoknya selalu kelihatan happy pas lagi berdua.
Ditambah lagi dengan gambaran pasangan dalam film atau novel romantis yang bikin baper
Hubungan yang baik emang harusnya bikin dua orang di dalamnya sama-sama bahagia. Tapi kenyataannya, di dunia ini enggak ada hubungan yang ideal dan sempurna.
Sama ortu dan saudara kandung yang kita kenal seumur hidup aja kita masih suka berantem, apalagi sama orang yang baru kita kenal kayak pacar.
Jangan sampai kita tergoda dengan bayangan indah yang bisa kita rasakan cuma kalau punya pacar dan jadi menutup mata sama kehidupan yang sebenarnya.
8 kejadian nyata ini jadi bukti kalau enggak selamanya punya pacar bisa bikin ekspektasi kita terwujud. Apa aja sih?
Kalau kita merasa dengan punya pacar bisa bikin kita selalu merasa berbunga-bunga, sayangnya kita harus siap-siap kecewa dengan kenyataan sebenarnya.
Banyak juga kok buktinya, pasangan yang punya hubungan baik-baik aja, tapi tetap merasa enggak bahagia. Soalnya kunci buat bisa bahagia itu ada di tangan kita sendiri, girls.
Enggak bisa kita dapatkan dari orang lain, termasuk pacar. Kalau kita udah bisa merasa bahagia saat jomblo, baru deh saatnya buat mikirin cari pacar.
Di masa-masa awal pacaran atau yang dikenal dengan “honeymoon period”, emang segala hal yang kita lakukan bareng pacar akan terasa menyenangkan.
Kejelekan dia yang baru kita tahu juga belum bisa bikin kita ilfil. Tapi setelah masa itu lewat, kita baru menemukan kalau banyak hal yang perlu disesuaikan supaya kita dan pacar bisa bertahan dalam hubungan.
Jadi daripada menyesali kenapa masa “honeymoon” itu berlalu dan saling menyalahkan, kita dan dia harus sadar kalau butuh usaha buat menjaga hubungan biar langgeng dan bikin kita berdua merasa nyaman.
Sebelum pacaran, kita membayangkan bisa melakukan berbagai hal seru sama pacar, kayak main gokart, ke amusement park bareng, atau olahraga bareng. Sekali lagi, sayangnya kenyataan enggak seindah itu.
Pada akhirnya kita sama pacar lebih sering melakukan hal-hal enggak jelas bareng. Karena udah capek dengan setumpuk tugas sekolah atau kuliah, kita cuma nongkrong di café dan sibuk sama gadget masing-masing.
Atau pergi makan sambil ngobrol di tempat makan kaki lima. Enggak sesuai sama bayangan romantis kita, deh.
Setelah jadian, definisi hal romantis kita secara perlahan akan berubah. Enggak usah sekeren kasih hadiah teddy bear atau bunga, tapi hal-hal kecil yang seringkali enggak kita sadari pas lagi menjalaninya sama dia aja udah kita anggap romantis.
Kalau kita berpikir saat pacaran kita bisa bikin pacar jadi lebih baik, kayaknya kita perlu pikir-pikir lagi deh. Soalnya ekspektasi kalau cinta bisa mengatasi berbagai masalah dan kalau kehadiran kita bisa mengubah seseorang terdengar terlalu “di awang-awang”.
Yang bisa menentukan seseorang mau berubah jadi lebih baik atau enggak itu adalah diri orang itu sendiri, bukan kita. Jangan sampai kita malah jadi merasa tertekan buat memenuhi ekspektasi ini.
Perbedaan paling besar antara waktu kita masih jomblo dengan kalau udah punya pacar adalah kita bisa manja-manjaan sama pacar.
Tapi karena waktu dan kehidupan enggak berhenti kalau kita lagi berduaan sama dia, kita harus tetap menjalankan kegiatan kita sehari-hari kayak sekolah atau kuliah, dan enggak boleh sampai melupakan keluarga atau teman-teman.
Kita juga harus tahu batasan, mana yang boleh dilakukan dan mana yang enggak boleh dilakukan sama pacar. Kita harus bisa menjaga dan menghargai diri sendiri.
Punya pacar bukan berarti kita enggak mungkin suka sama cowok lain, begitu pula sama pacar kita. Berpikir dalam hati kalau cowok yang duduk di meja sebelah cakep padahal kita lagi bareng sama pacar bukan berarti ada sesuatu yang enggak normal sama kita.
Yang paling penting adalah kita enggak membiarkan perasaan itu tumbuh lebih jauh dan enggak melakukan sesuatu buat menindaklanjuti perasaan itu.
Kalau pacar kita refleks melihat ke arah cewek cantik yang baru masuk ruangan juga jangan langsung bikin kita jadi jealous atau ngambek.
Kita dan pacar adalah dua pribadi yang beda dengan cara berpikir dan selera yang juga beda. Jadi jangan harap dia akan selalu setuju sama pilihan tempat kita buat nge-date, sama kayak kita yang mungkin enggak suka mendengarkan lagu dari band favoritnya.
Kita dan dia sama-sama harus belajar bertoleransi dan menghargai perbedaan yang ada, daripada jadi gampang berdebat atau sampai bertengkar.
Kalau kita berpikir kita dan pacar cuma akan berantem karena alasan penting, kita salah besar, girls. Alasan dan tingkatan berantem itu beda-beda.
Bahkan alasannya kebanyakan justru karena hal sepele yang setelah dipikir-pikir lagi setelahnya, harusnya enggak kita perdebatkan. Salah paham atau lama balas chat aja bisa menyulut pertengkaran.
Berantem emang enggak selalu buruk, asalkan kita tetap bisa mengontrol emosi dan fokus sama solusi penyelesaian masalah dibanding bertahan dengan ego masing-masing.