Heni Sri Sundari masih berusia 18 tahun saat ia berangkat ke Hongkong untuk mejadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sambil mencari sarana pendidikan. Saat ini Heni telah memiliki gelar Bachelor of Science in Entrepreneurial Management di belakang namanya dan masuk ke dalam Top 30 Social Entrepreneur Asia di Forbes International 2016. Simak kisah cewek keren ini di bawah ini!
(Lihat di sini 15 Jenis Pekerjaan Cewek Yang Penghasilannya Lebih Besar dari Cowok! )
Heni yang berasal dari Ciamis pengin banget membantu ibunya untuk membangun rumah, karena saat itu keadaan rumahnya sudah hampir roboh. Dia pun memutuskan untuk menjadi TKI di Hongkong. Enggak mau cuma jadi TKI di sana, Heni juga berjanji pada dirinya sendiri untuk kembali ke Indonesia dengan membawa gelar sarjana. Dia pengin jadi sarjana karena ia ingin jadi seorang guru, enggak seperti cewek di kampungnya yang saat itu sudah menikah di usia muda dan enggak kuliah.
“Bayangin aja di kampung aku umur 14 tahun itu udah menikah, punya anak dua. Yang umur 17 tahun sudah menjanda 2 kali. Jadi bagi aku pergi ke Hongkong itu menakutkan tapi kalau aku enggak berangkat ke Hongkong, aku enggak ngambil satu lompatan besar dalam hidup aku, maka masa depan bagi aku akan jadi lebih menakutkan,” cerita Heni.
Baca juga: 6 Jenis Hobi Yang Bisa Jadi Pekerjaan Sukses
Jalan Heni menuju Hongkong enggak bisa dibilang mulus, dia sempat ditipu oleh agensinya dan mendapatkan gaji di bawah yang dijanjikan. Tapi Heni enggak pantang menyerah, saat libur, Heni pergi ke perpustakaan untuk membaca sambil mencari info tentang bagaimana hukum ketenagakerjaan di Hongkong. Di perpustakaan, dia juga banyak membaca koran sampai akhirnya mendapatkan informasi untuk kuliah di St. Mary University.
Selama kuliah sambil bekerja, Heni selalu mengirimkan semua gajinya pada ibunya di Ciamis. Untuk bertahan hidup di Hongkong, Heni bekerja sebagai penulis kontributor untuk majalah dan koran lokal di sana. Dia juga rajin ikut lomba menulis untuk menambah penghasilan di sana. Di saat ini lah Heni menyadari potensinya di bidang tulis menulis. Heni berhasil menulis lebih dari 17 buku selama 6 tahun dia hidup di Hongkong. Wow!
“Sebelumnya aku enggak pernah baca koran, di kampung kita enggak bisa beli koran. Kita enggak punya uang untuk beli koran, buat makan aja susah. Ketika aku di Hongkong, pertama kalinya tulisan aku dimuat di koran itu rasanya kayak ‘ini beneran enggak sih’ dan tambah lama aku tahu ternyata bahwa aku punya potensi di bidang menulis dan selama 6 tahun di Hongkong itu aku nulis lebih dari 17 buku,” cerita Heni tentang masa-masanya saat berada di Hongkong.
Setelah lulus dengan predikat sangat memuaskan, Heni akhirnya pulang ke Indonesia sebab dia mengingat tujuan awalnya untuk menjadi guru. Sepulangnya ke Ciamis, Heni membuka sebuah taman baca kecil di rumah ibunya serta mengajak anak-anak di sana untuk aktif membaca. Enggak cuma itu, Heni juga membantu desanya dari segi kesehatan dengan cara mencari donatur lewat bantuan media sosial.