Pengakuan Cewek yang Di-bully Sampai Mencoba Bunuh Diri Hingga Tiga Kali. Duh, Sedih Banget!

By Ifnur Hikmah, Minggu, 29 April 2018 | 05:40 WIB
foto: dramabeans.com (Ifnur Hikmah)

Bullying memang punya dampak yang besar banget, terutama bagi pelaku. Dampaknya enggak cuma berlaku di masa sekarang, tapi bisa dirasakan dalam waktu lama. Karena itu, tindakan bullying ini harus segera dihapuskan, nih.

Cewekbanget.id pernah ngobrol dengan salah seorang cewek yang di-bully ketika SMA. Karena enggak tahan, dia mencoba untuk bunuh diri sampai tiga kali. Kasihan banget, deh.

(Baca juga: cewek ini pernah mencoba bunuh diri karena terlilit utang)

“Kelas 2 SMA, aku berhubungan seks dengan pacarku. Aku menyesalinya. Terlebih, beberapa bulan kemudian, satu sekolahan tahu aku enggak virgin lagi. Aku bingung, bagaimana teman-temanku sampai tahu?

Ternyata, pacarkulah yang menyebarkannya dengan alasan keceplosan.

Aku memang penyendiri dan enggak punya banyak teman. Makanya aku senang banget ketika punya pacar di kelas 1 SMA. Tapi, begitu rahasia itu tersebar, dia berubah jadi enggak peduli.

Aku di-bully setelah kejadian itu. Teman-teman menyebutku cewek murahan, slut, bitch, dan kata-kata menyakitkan lainnya. Satu-satunya orang yang bisa melindungiku tentu saja pacarku.

Tapi dia malah menghindariku. Dan, teman-temanku enggak ada yang mengata-ngatai dia. It’s not fair.

Makin lama tindakan mereka makin parah. Mereka menulis kata-kata itu di buku pelajaranku. Ketika aku sedang ganti baju di jam pelajaran olahraga, mereka mendorong-dorong tubuhku, menyembunyikan pakaianku, sambil terus mengata-ngataiku.

Enggak hanya cewek, teman cowok juga ikut mem-bully. Mereka suka mencolekku dan malah ada yang berani menyibakkan rokku. Ketika ada teman cowok yang mencolekku, teman-teman cewekku malah tertawa.

Yang membuatku shock, aku pernah menemukan test pack dan kondom di dalam tas. Teman-teman memotretku dengan kedua benda itu lalu menyebarkannya ke anak-anak di sekolah.

Saat itu, aku berusaha melawan dengan bilang itu bukan punyaku, tapi mereka enggak percaya. Parahnya, pacarku juga melihat kejadian itu tapi dia malah diam aja."

(Baca juga: 9 pertanyaan tentang penyakit menular seksual, terjawab)

Salah seorang kakak kelasku pernah bilang, “cewek kalau udah enggak virgin, enggak ada harganya lagi. Mending mati aja, deh.” Omongan itu nempel banget di otakku.

Aku tahu aku salah karena sudah berhubungan seks sebelum saatnya, tapi bukan berarti aku boleh mendapat perlakuan ini, kan? Bukan sekali dua kali aku mendengar omongan itu, sampai akhirnya aku benar-benar kepengin mati.

Suatu malam, aku mengambil obat tidur ibuku. Ibuku memang menyimpan obat tidur dan aku sering melihat ibu meminumnya. Aku minum obat itu banyak-banyak sampai enggak sadarkan diri.Begitu sadar, aku ditemani si mbak yang udah mengasuhku sejak kecil. Dia khawatir banget dengan tindakanku dan menyuruhku enggak melakukannya lagi. Waktu itu, aku menyesal kenapa harus sadar dan kembali mendengar olok-olok temanku?

Ketika kembali ke sekolah setelah izin, aku mendengar kalau teman-temanku mengira aku hamil dan aborsi. Rasanya pengin pindah sekolah tapi orangtuaku sibuk banget sampai-sampai mereka enggak peduli dengan keinginanku.

Lagipula, sebentar lagi aku kelas tiga dan bukan saat yang pas untuk pindah. Naik ke kelas tiga, dan pacarku sudah lulus, kupikir aku enggak akan di-bully lagi. Ternyata aku salah. Sampai murid kelas 1 pun tahu tentang keadaanku dan ikut mem-bully.

Suatu hari, ketika aku mau pulang, aku dikunci di kelas oleh sekelompok teman cowok. Mereka mencolekku dan ada yang berusaha menciumku.

Waktu aku melawan, mereka bilang aku cewek murahan jadi pantas diperlakukan seperti itu. Untung ada guru yang lewat sehingga mereka melepaskanku.

Namun kejadian itu membuatku shock. Sampai di rumah, aku enggak memikirkan apa-apa lagi dan menyilet lenganku.

(Baca juga: 10 pasangan zodiak yang enggak akan berakhir bahagia)

Saat sadar, aku ada di rumah sakit bareng si mbak. Kata dokter, aku masih beruntung bisa diselamatkan dan lukanya enggak terlalu dalam. Namun aku menyesal karena selamat.

Hari-hari selanjutnya, aku datang ke sekolah bertepatan dengan bunyi bel dan langsung pulang begitu jam terakhir selesai. Jadi, enggak banyak waktu untuk bertemu teman-teman.

Namun, tetap saja mereka mem-bully aku. Ada kabar kalau aku sudah pernah berhubungan seks dengan banyak cowok. Soalnya, orangtuaku sibuk dan kakakku di Yogya, jadi aku sering sendirian di rumah sehingga gampang membawa cowok ke rumah.

Yang membuatku makin shock, ada adik kelas yang terang-terangan mengajakku melakukan hubungan seksual. Aku langsung pulang sambil nangis.

Untuk ketiga kalinya, aku mencoba untuk bunuh diri dengan menyilet tanganku. Ketika sadar, aku melihat orangtuaku di rumah sakit. Malam itu, aku enggak ngomong apa-apa sama mereka. Aku takut mereka marah. Dan, mereka juga enggak bilang apa-apa terkait kondisiku.

Sepulang dari rumah sakit, aku kembali meminta untuk pindah. Akhirnya, mama datang ke sekolah dan ngobrol dengan kepala sekolah. Entah apa yang mereka bicarakan, mama enggak pernah memberitahuku.

Hasilnya, aku tetap sekolah di sana karena hanya tinggal satu semester lagi sebelum lulus. Orangtuaku kembali sibuk seperti semula. Tapi, kepala sekolah lebih memperhatikanku dan menyuruhku melapor kalau ada yang mem-bully lagi.

Aku tidak tahu apa yang dia katakan pada teman-temanku, tapi yang jelas mereka sudah tidak lagi mem-bully aku. Meski sesekali, aku masih mendengar kata-kata menyakitkan itu.

Enggak banyak yang aku ingat dalam rentang satu semester terakhir. Setamat SMA, aku kuliah di Bandung. Kejadian itu membuatku lebih berhati-hati agar enggak berbuat kesalahan lagi. Dan lebih selektif memilih teman atau pacar.

Sampai saat ini aku masih trauma tapi perlahan-lahan mencoba untuk melupakannya.”