Berjuang menjalani hari-hari di sekolah dengan setumpuk tugas dan ujian aja udah bikin pusing, apalagi kalau ditambah harus mengurusi geng pertemanan. Setuju?
Sayangnya, model pertemanan ala geng ini seolah udah jadi budaya, bukan cuma di sekolah kita, tapi juga di seluruh dunia. Padahal kalau dilihat-lihat, lebih banyak sisi negatifnya, termasuk bikin kita rela mengubah jati diri demi bisa gabung dalam geng tertentu, atau bikin teman yang enggak bisa berbaur di geng manapun jadi stres dan merasa dikucilkan.
Emang sih, di sekolah pasti kita punya beberapa teman yang lebih dekat dan nyambung dibanding teman lain. Tapi jangan sampai kita bikin geng eksklusif yang bikin teman lain enggak bisa bergaul sama kita, apalagi sampai bikin peraturan aneh-aneh. Kita harus balik ke tujuan awal sekolah yakni buat belajar dan menambah wawasan, bukannya buat adu geng siapa yang lebih populer.
5 cara ini cocok buat kita coba supaya bisa lebih mandiri dan enggak selalu berteman dalam bentuk geng dan menjalani masa sekolah yang cuma sekali dengan lebih positif dan menyenangkan.
Kebanyakan dari kita yang punya cara pandang diri rendah atau selalu merasa negatif sama yang kita miliki baik dari segi fisik maupun mental, merasa bisa “melarikan diri” dalam model pertemanan ala geng.
Soalnya kita enggak tahu apa yang kita inginkan dan belum siap buat fokus dengan masa depan, makanya gampang terpengaruh buat bergabung sama geng tertentu dengan alasan mencari jati diri. Padahal kalau kita mengerti arti penting sekolah dan bergaul sama siapa aja, kita bisa lebih fokus dalam meraih kesuksesan.
Daripada nongkrong enggak jelas sepulang sekolah bareng teman segeng, lebih baik kita memanfaatkan waktu dengan hal yang lebih bermanfaat, entah itu di dalam atau di luar sekolah.
Kita bisa ikut kegiatan ekstrakurikuler, kerja part time di coffee shop dekat rumah, atau bikin kerajinan tangan yang bisa dijual sebagai awal usaha kecil-kecilan. Dengan begini, kita jadi enggak punya waktu lagi buat mengurusi geng.
Bukan berarti kita jadi pilih-pilih teman ya, girls. Maksudnya adalah kita harus hati-hati memilih teman mana yang bisa memberikan pengaruh positif dan mana yang cuma bikin hidup kita jadi makin negatif.
Kalau ada teman sekelas yang kerjaannya minta contekan PR melulu sama kita, jangan langsung kita jauhi, tapi lebih baik enggak bergaul terlalu dekat sama mereka. Kita juga harus tahu kalau model pertemanan ala geng lebih banyak diisi drama yang ujung-ujungnya bikin kita capek sendiri.
Jangan terpengaruh buat gabung dalam geng cewek yang hobi nge-mall cuma supaya kita terlihat populer. Atau memilih buat gabung dengan geng berpengaruh supaya bisa mengintimidasi apalagi sampai mem-bully teman lain.
Duh! Jangan sampai, ya! Ingat girls, pada akhirnya yang rugi adalah kita. Lagipula setelah lulus, yang menjalani hidup kita adalah diri kita sendiri. Teman segeng enggak ada yang bisa menggantikan kita menghadapi masalah hidup.
Kalau kita dibujuk untuk gabung dalam suatu geng, usahakan menolak dengan halus. Jangan sampai menunjukkan rasa enggak suka kita secara terang-terangan atau terlalu ekstrem. Makin luas jaringan pertemanan kita di sekolah, bikin kita jadi terbiasa menghadapi berbagai jenis dan karakter orang, sebagai bekal buat terjun di dunia kuliah atau kerja.
Jangan sampai berurusan sama geng tertentu, apalagi menjelek-jelekkan mereka. Tiap orang punya pilihan hidup masing-masing. Kalau teman kita memilih untuk tetap nge-geng, kita enggak punya hak buat men-judge mereka.