5 Cewek Tangguh & Revolusioner yang Pernah Tercatat dalam Sejarah. Salut!

By Aisha Ria Ginanti, Kamis, 16 Maret 2017 | 08:37 WIB
Celia Sanchez. Foto: bbc.co.uk (Aisha Ria Ginanti)

Sekarang sosok cewek yang memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak perempuan lainnya memang makin banyak bermunculan. Tapi janagn salah, girls, sejak dulu sudah banya cewek-cewek tangguh dan keren yang membuktikan kalau cewek bisa melakukan apa saja selama dikasih kesempatan. Bahkan sesuatu yang bersifat revolusioner atau mengubah sejarah. Dalam sejarah, pernah tercatata, ada beberapa cewek yang pernah berperan penting dalam memerangi kudeta atau dan memperjuangkan hak-hak cewek lainnya. Ini dia 5 cewek tangguh dan revolusioner sepanjang sejarah. Salut!

Baca juga: 8 Tokoh Cewek Keren dari Berbagai Negara yang Melakukan Perubahan Besar untuk Dunia

Cewek kelahiran 9 Mei 1920 ini merupakan cewek yang terlibat dalam ‘Gerakan 26 Juli’. Gerakan ini dibentuk oleh Fidel Castro di Meksiko pada tahun 1955, untuk memerangi kudeta yang dilakukan Fulgencio Batista. Gerakan ini mulai masuk Kuba pada Desember 1956 dengan sebuah perahu bernama Granma. Celia berkontribusi dalam mengatur pendaratan Granma. Ia juga merekrut relawan dan mengatur pergerakan gerilyawan setelah pendaratan.

Pada tahun 1957, Celia ikut bergabung dengan pasukan gerilya dan turun langsung dalam pertempuran di Uvero. Selain itu, Celia telaten mengumpulkan catatan, surat-surat, dan dokumen lain yang berkaitan dengan peristiwa revolusi Kuba. Kalau enggak ada Celia, sejarawan dan penulis biografi bakalan bingung merekonstruksi sejarah revolusi Kuba.

Sophie Magdalena Scholl atau yang lebih dikenal dengan Sophie Scholl merupakan cewek asal Jerman yang merupakan anggota gerakan perlawanan Mawar Putih (Weiße Rose) pada era Jerman Nazi. Sophie yang saat itu masih berstatus mahasiswi, bergabung dengan gerakan ini sejak tahun 1942 dan aktif mengampanyekan anti-Nazi.

Sophie, kakaknya Hans dan beberapa temannya di Munich menggunakan selebaran dan grafiti kepada masyarakat demi melawan rezim Hitler. Ia akhirnya ditangkap Nazi saat menyebarkan selebaran anti-Nazi pada Februari 1943 dan divonis hukuman mati. Keberanian Sophie membuatnya dikenang jadi cewek pemberani, ia juga mendapatkan julukan ‘Perempuan Abad Ini’ oleh majalah Brigette.

Demokrasi dan hak asasi manusia di Yaman jadi inti perjuangan cewek  36 tahun bernama Tawakkul Karman sejak lama. Pada tahun 2007, Tawakkul rutin menggelar aksi protes mingguan di depan kantor pemerintahan di kota Sanaa. Tawakkul yang juga merupakan jurnalis Al-Jazeera ini pengin perempuan mendapatkan hak yang sama di mata pemerintahan.

Banyak tradisi Yaman yang mengesampingkan hak perempuan, seperti kawin paksa cewek di bawah umur. Tawakkul dan tujuh jurnalis lainnya pun membentuk organisasi Women Journalist Without Chains yang memperjuangkan kebebasan beropini, ekspresi dan hak demokratis. Resiko besar yang dihadapi Tawakkul sebagai aktivis kemanusiaan ini membuatnya dihadiahi Nobel Perdamaian pada tahun 2011.

Baca juga: 4 Seleb Cewek Hollywood yang Enggak Cuma Berbakat Tapi Juga Kritis Terhadap Isu Sosial. Keren!

Sejak berusia 11 tahun, Phoolan Devi enggak pernah merasakan hidup tenang. Cewek kelahiran tahun 1963 ini dipaksa menikah dengan cowok yang jauh lebih tua dari dirinya. Ia juga kemudian dijadikan budak oleh suaminya. Karena berasal dari kasta Mallah yang rendah, Phoolan sering mendapat perlakuan tidak senonoh dari kasta Thakur yang lebih tinggi. Bahkan ia sempat dilecehkan secara seksual berkali-kali oleh bandit dari kasta itu. Phoolan akhirnya tidak tinggal diam dan menembak mati 22 orang pria yang pernah melecehkannya.

Meskipun begitu, di kemudian hari Phoolan menyerahkan diri kepada polisi, dengan syarat anak-anak India diberikan pendidikan gratis. Ia dipenjara pada tahun 1983 dan dibebaskan pada tahun 1994. Setelah bebas, Phoolan menjadi anggota parlemen India dan membela hak-hak wanita dan anak-anak dari kasta bawah. Sayangnya, Phoolan tutup usia karena dibunuh oleh orang yang memiliki dendam kepadanya pada 25 Juli 2001 lalu.

Meskipun sejak kecil dinasehati bahwa cewek enggak memerlukan pendidikan, cewek asal Amerika Serikat ini malah berpikir sebaliknya. Pada tahun 1846, Susan yang masih berusia 26 tahun menjadi seorang kepala sekolah. Ia juga mulai mengampanyekan pembayaran setara untuk para cewek yang berprofesi sebagai pengajar. Lima tahun kemudian, Susan bersama aktivis cewek Elizabeth Cady Stanton pun memperjuangkan hak pilih untuk perempuan.

Perjuangan ini enggak berjalan mulus, banyak kaum pria yang mencoba menghentikan Susan. Ia enggak lantas menyerah. Susan sempat membuat koran yang khusus membicarakan hak-hak perempuan bernama The Revolution. Ia juga mendirikan organisasi National Woman’s Suffrage Association.

Baca juga: 5 Tips Untuk Sukses Jadi Pilot Cewek di Indonesia dari Patricia Yora