Setelah lulus SMA, pastinya banyak di antara kita yang pengin masuk PTN, apalagi perguruan tinggi favorit. Sayangnya, untuk bisa lolos seleksi dan kuliah di sana itu enggak gampang. Kita mesti kerja keras untuk bisa bersaing sama jutaan siswa lainnya yang juga sama-sama pengin belajar di kampus bergengsi.
Makanya buat bisa meraih impian itu, kita bela-belain menempuh berbagai cara, mulai dari ikut pelajaran tambahan di sekolah, bimbel sana-sini, dan ngulang materi pelajaran di rumah. Itu pun masih belum menjamin kita bakal diterima di PTN favorit . Hebatnya, kepada cewekbanget.id, seorang cewek menceritakan pengalamannya lolos SBMPTN hanya dengan mengandalkan kemampuan sendiri. Yuk simak cerita Cania, cewek yang lolos SBMPTN ke UI tanpa pernah ikut bimbel!
(Lihat di sini apa saja Jurusan Kuliah yang Lulusannya Paling Dicari )
Buat Cania (21), berjuang sendirian untuk meraih apa yang ia mau bukan hal yang baru lagi. Cania yang hidup dengan ibu dan kedua adiknya sejak kecil sudah punya kesadaran kalau ia enggak boleh menambah beban keluarga dan harus bisa membantu kehidupan perekonomian keluarganya.
Buat Cania, sang ibunda lah yang menjadi sosok paling penting dalam hidupnya terkait bidang pendidikan.
“Jadi, mamaku lah yang memegang peranan penting di sini. Mama selalu ingin anak-anaknya pintar, terutama di bidang Matematika. Ia bahkan berkata: “kamu harus pintar Matematika ya.” Kenapa Matematika? Karena Papaku sangat jenius di bidang itu dan Mama punya pengalaman pribadi pernah dibodohi oleh Papa.
"Kamu harus menjadi cukup pintar untuk tidak dibodohi laki-laki," itu pesan mama.
Mamaku kelahiran 1968, tidak berpendidikan tinggi, hanya seorang lulusan D3 sekretaris. Pemikirannya cukup sederhana: Ia ingin anaknya pintar, agar tidak dibodohi orang. Inilah mamaku, ketika dia merasa dibodohi, dia tidak menyalahkan orang yang membodohi. Bagi dia, penjajah pun bisa membodohi kita karena kita yang membiarkan mereka membodohi kita; kita yang tidak mau memperbaiki diri dan menjadi lebih pintar agar tidak bisa dibodohi.
Kemudian, aku membangkang. Aku menolak untuk meletakan matematika sebagai satu-satunya standar kepintaran seseorang. Aku menjajal IPA dalam OSN IPA 2006, aku menjajal Biologi dalam OBN 2008, aku menjajal debat dalam National English Debating Championship 2011, aku menjajal piano, biola, aku menjajal Ilmu Politik, aku coba menulis, menyunting, aku belajar marketing, aku belajar riset politik, dan aku tidak akan berhenti.
Karena akhirnya, tujuanku bukan untuk menjadi pintar, tetapi memanfaatkan peluang yang ada seoptimal mungkin, berkontribusi dalam berbagai kolaborasi yang mengarah pada kebermanfaatan bagi banyak orang.”