Cerita Cewek Berani yang Pernah Viral di Media Saat Ikut Memadamkan Kebakaran Hutan di Kalimantan

By Ifnur Hikmah, Sabtu, 14 April 2018 | 13:00 WIB
Cewek berani yang pernah viral di media saat Ikut memadamkan kebakaran hutan di Kalimantan. (Ifnur Hikmah)

Awal November 2015 lalu, cewek bernama lengkap Intan Syafrini Fazrianti ini viral di media sosial dan diberitakan berbagai media karena tindakan beraninya menjadi relawan kebakaran hutan di Kalimantan.

Dengan bantuan seorang teman yang sudah lebih dulu jadi relawan di sana, Intan berangkat ke Kalimantan bersama tim relawan dari Sekolah Relawan selama satu minggu (22 Oktober-4 November), meski harus meninggalkan ujian tengah semester di kampus.

Ini cerita cewek berani yang pernah viral di media saat ikut memadamkan kebakaran hutan di Kalimantan.

(Ini cewek keren yang bikin taman bacaan di usianya yang masih muda, klik disini)

Awalnya Intan berangkat sebagai tim dokumentasi di desa Tumbang Nusa, Palangkaraya, tapi akhirnya ikut memadamkan api.

“Kalau kita lihat keadaan di sana, enggak bisa cuma diam dan ambil gambar. Jadi aku banyak bantu untuk pembuatan sumur bor, karena memang susah banget, aku bantu pegang nozzle (selang air besar) karena itu berat banget,” ungkap Intan.

Yang pasti, tinggal di sana memang enggak gampang karena harus selalu beradaptasi dengan udara yang super kotor dan berbahaya. “Enggak kebayang kan mereka tiga bulan kayak gitu,” cetusnya.

Proses memadamkan hutan gambut yang terbakar juga sulit sekali, sangat menguras waktu dan tenaga. Bahkan Intan dan tim sempat melakukan proses pemadaman dari jam dua siang hingga jam dua malam.

Tapi yang bikin mereka paling sedih dan sakit hati bukanlah persoalan lelah atau lamanya proses memadamkan api, melainkan beberapa oknum yang masih sengaja membakar lahan saat mereka sedang sibuk memadamkan api.

Bertekad Kuat Bantu Sebisanya

“Mental aku udah enggak ada takut di sana, aku mastiin badan selalu fit dan baru nyadar aku senekad itu pas udah nyampe di Jakarta,” ungkap Intan.

Intan berpikir daripada hanya sekadar nulis tagar #prayforriau dan #prayforkalimantan atau menyalahkan pemerintah tapi enggak melakukan aksi nyata, dia lebih memilih turun langsung ke lapangan dan membantu semaksimal mungkin.

Menurut Intan, orang itu ada yang lebih suka berdemo, berbirokrasi atau yang lebih suka turun langsung ke lapangan seperti dia.

Tapi yang pasti Intan bilang, jadi relawan enggak selalu harus turun ke lapangan bisa juga dengan otak dan pikiran. Misalnya membantu mengumpulkan donasi, menyumbang masker, menyebarkan informasi dari tempat tinggal kita juga bisa banget membantu.

Memang sejak kecil, dia sudah terbiasa melihat orangtuanya yang juga punya jiwa sosial tinggi. Ibunya sempat aktif mengumpulkan sumbangan makanan dan obat-obatan untuk para korban bencana tsunami Aceh dan gempa Padang waktu Intan masih kecil.

Dari situ aku jadi terbiasa kalau ada bencana kayak gitu, apa yang bisa aku lakukan, walaupun hal itu kecil, ya aku lakukan,” kata cewek yang juga aktif di komunitas sosial, Perpustakaan Jalanan dan 1001 Buku dan juga sempat aktif di Sanggar Barudak (Komunitas Pecinta Kampung Halaman Bogor) ini.

(Sedih banget! Curhat Mahasiswi yang Dibully Netizen Karena Salah Komentar tentang Penyebab Kehamilan Hingga Stres)

Awalnya banyak teman Intan yang menganggap remeh niatnya untuk jadi relawan ke Kalimantan. Dibilang “Ngapain sih?” “Enggak usah jauh-jauh ke sana, doa aja cukup kali,” dan lain sebagainya.

Aku pernah coba ajak teman-teman untuk gabung, malah akunya jadi sakit hati sendiri. Kalaupun kita enggak mau turun dan ada teman kita yang mau, enggak usah dinilai dengan direndahin gitu. Soalnya dengan berangkat, dia udah punya satu poin lebih daripada yang cuma ngomong doang,” tegasnya.

Untungnya saat melakukan tugas sebagai relawan ini, enggak ada hal negatif atau diskriminasi yang dia alami. Menurutnya, jadi cewek enggak bikin dia jadi kesulitan atau kurang dipercaya untuk mengemban tugas ini, yang penting adalah bagaimana kita membawa dan menampilkan diri kita.

“Aku datang ke sana dengan sikap ‘Aku siap kok’ Kasarnya mau ngebanting aku kayak apa, aku siap. Hingga pada akhirnya mereka percaya. Jadi tergantung kitanya, kalau kita menye-menye ya orang juga akan nganggapnya kita menye-menye. Tapi kalau kita nunjukin ke orang kita bisa, orang juga akan percaya kita bisa. Jadi gender itu enggak mempengaruhi,” tegas cewek pecinta bakso ini.

Biodata:

TTL                     : Bogor, 17 Maret 1996

Facebook            : Intan Syafrini Fazrianti

Instagram            : @intansapri

(Ternyata ada banyak cewek yang inspiratif dan bahkan jadi ilmuwan, lho. Yuk lihat di sini!)