Curhatan Pengguna Kereta Commuter Line Tentang Toleransi Kepada Pengguna Kursi Prioritas

By Debora Gracia, Rabu, 14 Juni 2017 | 10:56 WIB
Curhatan Pengguna Kereta Commuter Line Tentang Toleransi Kepada Pengguna Kursi Prioritas (Debora Gracia)

Kereta Commuter Line atau KRL Jabodetabek adalah salah satu pilihan transportasi yang saat ini banyak peminatnya. Murah, praktis, serta mudah dijangkau.

Sehingga enggak heran kalau setiap harinya, KRL selalu dipenuhi oleh penumpang yang siap beraktivitas setiap harinya.

Baru-baru ini status akun Facebook bernama Shafira Nabila Cahyaningtyas menjadi viral. Shafira mengeluh karena tempat duduk yang menjadi miliknya di KRL harus diberikan kepada seorang ibu hamil. Dia pun mempertanyakan kenapa selalu ibu hamil yang jadi prioritas, padahal sudah ada kursi prioritas yang ditujukan untuk ibu hamil, penyandang disabilitas, lansia, dan ibu yang membawa anak.

Shafira bukan orang pertama yang mengeluh tentang hal ini. 2014 lalu, akun Path bernama Dinda juga sempat viral karena dia mengeluh dengan ibu-ibu hamil yang mengambil tempat duduknya. Sesaat setelah statusnya tersebut viral.

Dia juga memberi pembelaan bahwa dirinya merasa butuh juga untuk mendapat tempat duduk, sebanding dengan pengorbanannya berangkat subuh untuk mendapat tempat duduk.

Sebenarnya, seberapa besar diperlukan toleransi untuk para pengguna kursi prioritas ini? Melihat lebih dalam lagi, bahwa situasi KRL Jabodetabek selalu sesak penuh dan saling rebut tempat duduk.

Audrey, pengguna aktif KRL rute Stasiun Sudimara ke Stasiun Karet, mengaku biasanya penting memberikan tempat duduk pada para pengguna kursi prioritas, yaitu ibu hamil, ibu membawa anak, penyandang disabilitas, dan lansia. Tapi dia pun pernah enggak melakukannya.

“Kalau memang sudah enggak ada tempat duduk lagi, ya. Menurut aku penting karena memang mereka butuh tindakan khusus demi kesehatan mereka.

Apalagi kondisi KRL yang enggak manusiawi pada jam-jam tertentu. Pastinya kita enggak mau hal buruk terjadi kepada mereka.

Tapi kan kembali ke pengguna KRL-nya sendiri, aku pernah dalam kondisi sangat capek, dan enggak kasih tempat duduk ke ibu-ibu hamil, di mana saat itu kondisinya aku pun enggak duduk di kursi prioritas. Berbeda kalau ke lansia atau penyandang disabilitas pasti aku kasih,” jelas Audrey.

Berbeda dengan Audrey, pengguna aktif KRL lainnya, Karen, yang naik KRL rute Stasiun Bekasi ke Stasiun Sudirman setiap hari, mengaku selalu memberikan tempat duduk kepada pengguna kursi prioritas.

“Buat aku penting banget, karena sesimpel karena beban badan dan kekuatan tubuh yang sudah seenggak seprima kita.

Kecuali memang kita lagi sakit, lemas, atau apa ya, sehingga enggak memungkinkan untuk memberikan tempat duduk.

Tapi sejauh ini meskipun lagi capek, aku enggak pernah menolak untuk kasih tempat duduk ke ibu-ibu hamil, ibu membawa anak, lansia, atau penyandang disabilitas."

Seperti pengalaman Yosephine, yang biasa naik kereta dari Stasiun Rawabuntu ke Stasiun Kebon Jeruk, yang pernah bilang dia enggak memberikan tempat duduk ke pengguna kursi prioritas.

“Waktu itu aku lagi benar-benar sakit perut karena menstruasi terus jadinya cuek saja dan enggak lama kemudian ada orang lain yang menawarkan tempat duduk. Tapi sehabis itu aku jadi merasa enggak sendiri.”

(Baca juga: Curhat Cewek Pengguna Commuter Line yang Punya Pengalaman Menegangkan & Mengajak Kita Berhati-hati)

Fasilitas khusus Tempat Duduk Prioritas sudah diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian pasal 131, yaitu berbunyi

Sehingga secara hukum, kursi prioritas memang sudah punya tujuan dan diperuntukkan untuk kalangan tertentu saja.

Lalu, bagaimana kalau pengguna kursi prioritas malah meminta tempat duduk reguler, yang mungkin seperti dialami Dinda dan Shafira?

Karena kedua kasus adalah berhadapan dengan ibu hamil, harus melihat seberapa besar toleransi kita pada orang lain dan juga pada diri sendiri.

Dikutip dari Hellosehat.com, seorang ibu hamil memang enggak dianjurkan untuk berdiri terlalu lama. Hal itu karena bisa menimbulkan bahaya pada pertumbuhan janin.

Saat berdiri, darah jadi fokus mengaliri kaki yang menopang seluruh beban tubuh ibu tersebut. Padahal darah dibutuhkan oleh janin sebagai sumber oksigen dan zat gizi.

Berdiri terlalu lama juga bisa menimbulkan nyeri pada beberapa bagian tubuh, seperti lutut, pinggang, dan punggung.

Seorang ibu hamil, sebaiknya duduk paling enggak 10 menit dalam waktu 1 jam, sehingga enggak boleh berdiri lebih dari 45 menit.

“Lebih kepada rasa empati dan toleransi kepada orang lain, sih. Iya, benar mereka sudah punya kursi prioritas, tapi enggak ada salahnya selama kita masih bisa berdiri dengan sehat, memberikan kepada yang membutuhkan.

Lagipula jumlah kursi prioritas kadang enggak sebanding dengan jumlah penumpan yang membutuhkan kursi tersebut.

Jadi, ini lebih kepada penumpang yang butuh prioritas untuk dapat tempat duduk,” ucap Tari, yang biasa naik KRL rute Stasiun Klender Baru ke Stasiun Kebayoran Lama, sehingga harus transit dua kali, yaitu di Stasiun Manggarai dan Stasiun Tanah Abang.

Benar banget, girls. Setiap naik kendaraan umum, bukan saja KRL, kita harus paham posisi kita di mana dan gimana keadaan tubuh kita sendiri. Sehingga dengan begitu kita bisa menghargai dan dihargai pula oleh orang lain.

Tapi bukan enggak mungkin kita pernah merasa seperti Dinda atau Shafira, yang juga pengin merasa dimengerti. Konteksnya akan kembali lagi, pada kemampuan bertoleransi dalam kendaraan umum.

(Baca juga: Wajib Tahu, Ini 5 Tips Aman Naik Kereta Commuter Line untuk Cewek!)