Keberadaan transportasi online memang memudahkan hidup kita, apalagi kalau kita sering banget mobile dan punya banyak aktivitas.
Salah satunya taksi online Uber.
Mungkin kita sering menggunakan Uber, tapi pernah enggak berpikir bagaimana kalau kita yang menjadi sopir Uber?
Ternyata tidak mudah menjadi sopir Uber.
Jumat tanggal 9 Juni 2017, saya, Angeline Nuansa, Digital Strategist Cewekbanget.id mencoba sehari menjadi sopir Uber.
Awalnya saya juga merasa pekerjaan ini kayaknya kurang menantang, soalnya aku setiap hari memang nyetir mobil, jadi sudah terbiasa kalau kena macet di jalan.
Tapi ternyata enggak semudah itu buat menjadi sopir Uber X.
Pagi-pagi, saya datang ke kantor Uber di daerah Jakarta Barat.
Kantor ini memang khusus untuk calon driver yang mau mendaftarkan diri dan bergabung dengan Uber (Uber motor, UberX dan Uber Black).
Untuk menjadi sopir UberX, saya harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu, punya KTP, SIM A, & SKCK (Surat keterangan catatan kepolisian).
Persyaratannya sudah lengkap semua sehingga saya bisa langsung mengurus berkas-berkas dan registrasi untuk pembuatan akun.
Setelah proses registrasi selesai, saya disuruh menunggu untuk ikutan training supaya saya enggak salah-salah.
Dari penggunaan aplikasi, etika dengan penumpang, sampai safety riding, semuanya diajarin.
Setelah kurang lebih satu setengah jam ikutan training, baru deh saya bisa mulai mencoba menjadi driver UberX.
Training ini membantu banget sehingga nanti kita bisa menjalani profesi ini dengan baik.
Setelah semuanya selesai, sekarang saatnya mencari penumpang.
Saya langsung mengaktifkan aplikasi buat driver tapi ternyata di daerah yang saya lewatin jarang yang order.
Akhirnya saya memutuskan untuk ke daerah ramai di Jakarata Barat.
Memang benar, karena banyak banget yang order, tapi begitu saya telefon rata-rata enggak mau ambil karena posisi saya yang terlalu jauh dan jalannya macet.
Ternyata susah juga ya mencari penumpang. Kita harus pintar-pintar mencari tempat yang oke, misalnya di tempat yang ramai.
Akhirnya saya dapet satu penumpang di daerah Kemanggisan, dan tujuannya ke Senen!
Jauh banget, tapi mau gimana lagi. Masa mau di-cancel? Akhirnya saya jemput. Tadinya sempat takut karena yang telefon cowok. ternyata dia mesenin buat teman ceweknya.
Penumpang pertama saya namanya Mbak Alma. Saya nganterin dia ke kantornya yang ada di Senen. Untung perjalanannya lancar dan saya bisa sampai di tujuan dengan selamat.
Namun yang pasti, Mbak Alma puas dengan cara saya menyetir. Rasanya senang banget ketika orang yang saya antar merasa senang.
Mungkin ini yang dirasakan oleh driver Uber ketika selesai mengantarkan penumpang.
Setelah itu, saya harus balik lagi ke daerah Jakarta Barat karena ada keperluan. Baru deh setelah keperluan itu selesai saya lanjut buat cari penumpang di daerah Jakarta Barat.
Akhirnya dapat penumpang dari salah satu mall. Supaya lebih jelas saya telefon penumpangnya buat nanyain lokasi penjemputan.
Deg-degan banget sih awalnya karena dari suaranya, pasti umurnya jauh lebih tua dan takut salah-salah. Tapi saya mencoba untuk santai.
Ternyata, penumpang saya ada dua orang ibu bernama Novianty dan Komalati.
Mereka ingin ke Kuningan. Saat itu jam empat sore, jadi bisa dibayangkan macetnya parah banget!
Akhirnya, setelah menempuh perjalanan selama hampir dua jam, kami pun sampai.
Capek banget menyetir di tengah macet. Untuk Ibu Novianty dan Komalati baik, jadi sering cerita-cerita sehingga perjalanan enggak terasa membosankan.
Karena selama ini menyetir sendiri, saya enggak terlalu peduli dengan macet. Tapi kali ini, ada orang lain yang saya antar dan tentunya mereka punya kepentingan lain.
Bisa saja mereka terburu-buru sehingga saya jadi merasa enggak enak.
Saya berpikir, gimana kalau ada penumpang yang mengeluh? Pastinya bakalan bikin stres, karena macet aja udah bikin kepala pusing.
Setelah mengantar Ibu Komalati & Ibu Novianty, badan rasanya mau rontok saking capeknya. Saya memang enggak puasa, tapi selama menjadi sopir, saya enggak makan dan minum. Menghadang macet di tengah terik Jakarta memang bikin haus, dan ini tantangan yang harus saya hadapi.
Menjadi sopir Uber selama satu hari ternyata enggak mudah. Menantang banget, terlebih Jakarta yang terkenal dengan macetnya.
Kita harus ekstra sabar, apalagi ini kita bertanggung jawab sama keselamatan orang lain.
Tantangan lainnya, mungkin ini bagi saya pribadi, saya harus mencoba berkomunkasi dengan orang yang sama sekali enggak saya kenal, dan menurut saya itu enggak gampang.
Butuh keberanian untuk mengajak ngobrol dan mencari topik yang pas agar mood mereka enggak jadi jelek karena macet.
Ini baru sehari, gimana dengan driver yang setiap hari harus berhadapan dengan macet? Capek banget pastinya, dan bisa bikin mood jadi jelek. Jadi, sebagai penumpang, kita sebaiknya mencoba memahami dan enggak ikut ngedumel kalau kena macet.
Namun, satu hal yang pasti, rasa capek itu hilang begitu melihat wajah puas penumpang dan ucapan terima kasih mereka. Ya, ucapan terima kasih yang sederhana itu ternyata mampu membuat saya semangat lagi.