Tapi, perasaan itu kemudian berubah saat perjalanan turun siang hari.
Semua anggota berjalan berpencar dan Intan pun mulai berjalan seorang diri ketika sampai di daerah Pos Cemoro Sewu.
“Saking terkesannya oleh pemandangan di Lawu, aku sampai enggak sadar kalau udah terpisah. Tapi, ya santai aja lanjut jalan lagi.
Di tengah hutan aku lihat sosok yang mirip temanku. Aku panggil, dia enggak nengok dan malah keluar dari jalur utama.
Jalan agak jauhan, aku ketemu sama temenku yang lain. Dia ternyata juga liat temenku yang tadi dan dipanggil enggak nengok juga.
Nah, ngerinya pas sampai basecamp, kita baru tahu kalau ternyata temen yang tadi kita lihat itu sampai di bawah paling awal.
Setelah kejadian ini aku enggak berani jalan di gunung sendirian,” akhirnya.
Pengalaman mengerikan lain dialami oleh anggota mapala UMN, Indah Siauw (25) pada tahun 2013. Saat itu ia mendaki Gunung Sumbing, Jawa Tengah.
“Kita terjebak badai, otak rasanya udah pada beku semua. Pengin lanjut naik, tapi kita pikir itu sama aja cari mati.
Akhirnya kita cari tempat buat nge-camp. Pas di tenda duduk melingkar, temen aku disuruh hitung jumlah orang.
Entah kenapa hitungan dia kelebihan satu terus. Dia bilang temenku si A ada dua orangnya.”