Benar banget, kalau lagi patah hati, maunya ya dengerin lagu sedih. Satu album Adele bisa didengerin dalam semalam, deh! Tapi sebenarnya kebiasaan ini enggak boleh berlangsung lama.
Semakin sering kita ‘menyiksa’ diri sendiri dengan membiarkan kita larut dalam kesedihan, maka kita sama saja enggak menerima kegagalan yang baru saja kita hadapi.
Sebaliknya kita harusnya berhenti menyiksa tubuh dan mulai bangkit serta memahami bahwa putus cinta bukan akhir dari segalanya.
(Baca juga: Tanda Cowok Udah Move On dan Melupakan Kita Berdasarkan Zodiak Mereka)
Setiap dari kita pasti pernah merasakan yang namanya putus cinta dan patah hati. Wajar kalau kita awalnya merasa sedih, galau, dan penginnya menyendiri saja. Tapi sebenarnya yang kita butuhkan adalah lingkungan yang baik.
Di usia kita yang masih muda, perasaan kita mudah berubah apalagi pengaruh orang lain itu sangat diperlukan, terutama sahabat dan lingkungan pergaulan kita.
Sebaliknya, pengaruh lingkungan yang buruk, akan membuat persepsi buruk juga tentang konsep putus cinta dan patah hati. Sehingga melakukan tindakan yang enggak seharusnya, seperti dendam sama mantan.
Merlin Titahena, psikolog pendidikan sekaligus dosen dari Universitas Cendrawasih, Papua, memberikan pendapatnya tentang rasa dendam sama mantan yang bisa timbul setelah putus cinta.
“Di balik dari alasan apa pun yang mendasari berakhirnya sebuah hubungan, orang normal wajarnya enggak akan menyimpan kesalahan seseorang.
Sewajarnya, meski pun sudah putus dan enggak sayang, bukan berarti harus ada rasa benci yang bisa menjadi dendam kepada mantan.
Kalau sampai hal itu terjadi, coba dilihat lagi dari orang-orang di sekelilingnya. Apa kah sudah memberikan masukan yang benar untuk yang baru patah hati ini?