Beberapa waktu lalu, marak pemberitaan tentang kasus order makanan fiktif yang melibatkan aplikasi transportasi online, Go-Jek.
Kasus ini menimpa dua korban, yaitu Julianto Sudrajat yang bekerja sebagai pegawai bank dan Ahmad Maulana (Dafi), seorang petugas PPSU (Penanganan Sarana dan Prasarana Umum) atau Pasukan Oranye.
Setelah ditelusuri lebih dalam, seorang cewek dituduh sebagai pelaku dari order fiktif ini. Motifnya karena sakit hati setelah putus cinta dari dua cowok yang sama.
Tindakan yang menyangkut kepentingan pribadi seperti ini enggak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga orang lain.
Dari kasus ini dapat ditarik kesimpulan, karena perasaan sakit hati sehabis putus cinta mampu menyebabkan seseorang melakukan hal-hal yang nekat hingga merugikan orang lain.
Sebenarnya wajar banget ketika kita merasa patah hati lalu marah dan sedih, tapi apa kah mungkin seseorang melakukan tindakan hingga menyakiti dan merugikan orang lain dengan alasan marah karena patah hati?
(Baca juga: 4 Cara Mencari Tahu Mantan Sudah Move On Atau Belum dari Instagram-nya)
Baik cowok atau pun cewek wajar kalau merasa patah hati setelah putus cinta. Rasa emosional setelah patah hati bisa mempengaruhi tubuh, baik segi psikis hingga fisik kita.
Menurut psikolog Deborah Serani, Psy.D., dilansir dari Psychology Today, rasa patah hati yang mendalam bisa menimbulkan Broken Heart Syndrome dan hal tersebut berpengaruh pada kondisi fisik dan pikiran kita.
Kesedihan yang mendalam bisa menyebabkan kekebalan tubuh menurun, meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, hingga menyebabkan kelemahan otot. Resiko terserang rasa stres pun akan bertambah sampai bisa menyebabkan rasa depresi.
“Kalau habis putus cinta, maunya ya sendirian saja, sambil dengerin lagu-lagu sedih yang galau. Rasanya dengan begitu, kita jadi enggak merasa sendirian yang sedih.” (Bella, 19 tahun)
Benar banget, kalau lagi patah hati, maunya ya dengerin lagu sedih. Satu album Adele bisa didengerin dalam semalam, deh! Tapi sebenarnya kebiasaan ini enggak boleh berlangsung lama.
Semakin sering kita ‘menyiksa’ diri sendiri dengan membiarkan kita larut dalam kesedihan, maka kita sama saja enggak menerima kegagalan yang baru saja kita hadapi.
Sebaliknya kita harusnya berhenti menyiksa tubuh dan mulai bangkit serta memahami bahwa putus cinta bukan akhir dari segalanya.
(Baca juga: Tanda Cowok Udah Move On dan Melupakan Kita Berdasarkan Zodiak Mereka)
Setiap dari kita pasti pernah merasakan yang namanya putus cinta dan patah hati. Wajar kalau kita awalnya merasa sedih, galau, dan penginnya menyendiri saja. Tapi sebenarnya yang kita butuhkan adalah lingkungan yang baik.
Di usia kita yang masih muda, perasaan kita mudah berubah apalagi pengaruh orang lain itu sangat diperlukan, terutama sahabat dan lingkungan pergaulan kita.
Sebaliknya, pengaruh lingkungan yang buruk, akan membuat persepsi buruk juga tentang konsep putus cinta dan patah hati. Sehingga melakukan tindakan yang enggak seharusnya, seperti dendam sama mantan.
Merlin Titahena, psikolog pendidikan sekaligus dosen dari Universitas Cendrawasih, Papua, memberikan pendapatnya tentang rasa dendam sama mantan yang bisa timbul setelah putus cinta.
“Di balik dari alasan apa pun yang mendasari berakhirnya sebuah hubungan, orang normal wajarnya enggak akan menyimpan kesalahan seseorang.
Sewajarnya, meski pun sudah putus dan enggak sayang, bukan berarti harus ada rasa benci yang bisa menjadi dendam kepada mantan.
Kalau sampai hal itu terjadi, coba dilihat lagi dari orang-orang di sekelilingnya. Apa kah sudah memberikan masukan yang benar untuk yang baru patah hati ini?
Atau jangan-jangan, saat patah hati kita menyimpan semua kesedihan dan kegalauan sendiri, ditumpuk dalam hati, sehingga kita menyiksa diri sendiri.
Pikiran jadi enggak terbuka, bisa berakibat dengan sebuah perbuatan yang di luar akal sehat kita,” jelas Merlin.
(Baca juga: 10 Rekomendasi Lagu Move On dari Penyanyi Barat Cewek)
Sebagai remaja, sebenarnya kita enggak butuh waktu lama untuk bisa move on setelah putus cinta. Paling enggak seminggu kita bersedih hati, lalu setelahnya kita mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru.
“Selagi masih muda, energi itu justru lagi banyak-banyaknya. Manfaatkan untuk hal yang berguna, bukan untuk menangisi keadaan karena habis putus cinta.
Semakin kita mampu menyibukkan diri, maka semakin mampu kita lupa dengan kesedihan yang sedang dialami habis putus cinta,” tutup Merlin.
Benar banget, girls. Sederhana kedengarannya, tapi kita sering membiarkan diri larut dalam kesedihan habis putus cinta. Padahal rasa sedih yang terlalu dalam enggak baik untuk fisik mau pun psikis kita.
Buat yang lagi patah hati, ayo segera move on! Putus cinta bukan akhir dari segalanya.
(Baca juga: Ingin Sih Maafin, Tapi Sakit Banget. Rasa Dendam Pun Muncul. Wajar Kan?)