Mempunyai ukuran dada yang beda dari biasanya juga membuat F mengalami beberapa kesulitan, dari memilih baju hingga stereotip dari orang-orang sekitar.
“Pertama pasti ada di undies. Di Indonesia masih jarang banget yang menjual bra seukuran 'mahameru' dan kalaupun ada, harganya pasti mahal banget dan pilihannya juga enggak banyak.
Kedua itu outfit. Sering banget nemu baju atau dress yang keren, pas di badan tapi enggak cukup di ukuran dada. Atau sesopan apa baju yang aku pakai, kalau dengan ukuran dada sebesar ini, pasti sering disangka ‘cewek binal’.
Ketiga kesan dan pandangan orang-orang sekitar. 23 tahun punya ukuran dada sebesar ini, aku udah kenyang banget deh sama mata dan mulut orang yang enggak suka denganku.
Stereotip orang tentang aku selalu minus banget, cuma karena aku punya dada yang besar. Mereka enggak peduli, walaupun kita anak yang baik-baik aja atau bahkan enggak pernah kenal sama dia, orang itu bisa aja memandang kita sebagai cewek yang enggak ‘bener’ cuma karena fisik kita yang seperti itu.
Jadinya, kalau aku, sih, ikutin pepatah aja: anjing menggonggong, kafilah berlalu.”
“Saran aku sih, enggak usah dengerin apa kata orang. Enggak usah nutup diri kamu untuk orang lain.
Pakai semua baju yang kamu mau. Pede aja sama penampilan kamu, tunjukin kalau ini kamu apa adanya.
In the end, kamu yang punya kuasa atas badanmu sendiri. Jadi intinya, jangan pernah malu nunjukin ke orang kalau kamu itu spesial, unik dan anti mainstream.
Pede dan berani itu HARUS dan kalau udah begitu, enggak akan ada yang bisa ngejatohin kamu.
Enggak usah dianggap beban pandangan orang lain, anggap aja itu jadi kelebihan kamu, which means, kamu lebih attractive.”