Dia cuma pengin orang-orang liat hubungan mereka baik-baik aja. Jadi, menurut gue enggak masalah."
"Kalau ngomongin soal tangggung jawab, menurut gue setiap orang yang main medsos itu punya tanggung jawab dan hak.
Gue punya hak untuk nge-post hal yang gue suka, tapi juga punya tanggung jawab untuk membatasi konten yang gue bagi. Konten medsos gue enggak ada yang berbau seksual atau berhubungan dengan alkohol dan drugs.
Untuk urusan karya, dari awal gue berkarir tujuannya bukan untuk terkenal. Gue bikin lagu ya apa yang mau gue tulis. Ketika banyak yang suka, lagunya jadi booming dan banyak yang tahu, termasuk orang yang enggak suka pun jadi tahu. Nah, untuk yang enggak suka ini, gue enggak merasa ada tanggub jawab untuk menyenangkan mereka.
Sedangkan untuk fans gue yang belum cukup umur, gue punya tanggung jawab (untuk menjaga kontennya supaya enggak terlalu vulgar). Tapi, sejauh ini lagu gue yang agak eksplisit paling cuma 4 atau 5 lagu. Balik lagi sih, semua elemen punya tanggung jawabnya masing-masing. Orang tua juga harus berperan di sini.
Netizen juga punya tanggung jawab nih saat komen. Karena menurut gue netizen yang suka komen usil juga bisa jadi cerminan bangsa. Contoh, ketika gue bikin karya, banyak netizen yang ngasih komen buruk. Parahnya, enggak jarang komennya (omongan yang netizen sampaikan) justru lebih buruk dibanding karya gue.
Menurut gue seharusnya kalo ada yang salah, ya komen lah yang bisa membangun. Bukan malah ada yang salah, malah komennya lebih salah lagi."
"Komen hate tuh pasti bakal ada. Video-video di Youtube tentang kemanusiaan aja banyak yang dislike. Kebayang enggak kok bisa sih?
Awal gue mulai karir sih masih suka kepancing. Cuma abis itu gue mikir, gimana caranya gue bisa menang ngelawan hal seperti ini.
Akhirnya gue bikin teori sendiri, "Kalo sampai komen buruk ini masuk ke diri gue, mereka menang." Jadi, gue berusaha supaya omongan negatif ini enggak mempengaruhi gue. Caranya dengan enggak perlu dan enggak usah tahu tentang komen itu. Anggap aja enggak ada."