Intip 3 Fakta Soal Hujan Hanya Mengguyur Satu Rumah di Tebet

By Putri Saraswati, Selasa, 29 Agustus 2017 | 05:25 WIB
Intip 3 Fakta Soal Hujan Hanya Mengguyur Satu Rumah di Tebet (Putri Saraswati)

Sabtu (26/8), warganet dihebohkan oleh beredarnya video yang menunjukkan peristiwa hujan yang hanya mengguyur satu rumah.

Dalam video yang diunggah oleh akun Twitter @febicil tersebut terlihat bahwa rumah-rumah lain di sekeliling rumah di kawasan Tebet, Jakarta Selatan tersebut tampak kering.

Masyarakat pun bertanya-tanya tentang kornologi kejadian dan apa yang menyebabkan fenomena ini bisa terjadi.

Yuk intip 3 fakta soal hujan hanya mengguyur satu rumah di Tebet!

" >

Dilansir dari Tribunnews.com, saat itu sekitar pukul 16.30 WIB, sang pemilik rumah, Muzakir sedang bermain catur di teras ketika hujan tiba-tiba turun mengguyur rumahnya.

Saat itu hujan baru mengguyur setengah rumahnya saja. Muzakir pun masuk ke dalam rumah untuk melaksanakan sholat Maghrib. Setelah sholat, dia mendapati warga berkumpul di depan rumahnya dan mengamati fenomena hujan tersebut.

Awalnya Muzakir mengira kalau air yang turun berasal dari toren, tapi ternyata itu hujan sungguhan. Turun dengan intesitas deras dan bertahan hingga enam jam.

(Baca juga: 7 Kakak Beradik Seleb Cowok Indonesia yang Selalu Tampil Kompak)

Dilansir dari Kompas.com, Kepala Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) LAPAN, Halimurrahman, mengatakan kalau luas are yang diguyur hujan itu bergantung pada kandungan air di suatu wilayah.

Dia melanjutkan, hujan lokal bisa terjadi dalam luas area sekitar 500 meter. Namun, ukuran tersebut juga relatif. “Sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang memungkinkan di daerah itu.” Jadi, fenomena hujan yang hanya mengguyur satu rumah memang mungkin terjadi.

Jika melihat dari rentang waktu terjadinya, enam jam, hujan tersebut diakibatkan oleh awan Kumulonimbus (Cb). “Awan besar biasanya tidak mungkin satu lokasi sebesar rumah. Kalau hujan skala kecil ya singkat biasanya. Sulit untuk diperoleh faktanya ya secara ilmiah,” ujar Halimurahman.

Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa musik kemarau masih akan berlangsung hingga September. Selama 21-30 hari di bulan Agustus ini, Pulau Jawa sama sekali engga diguyur hujan.

“Jadi kalau 10 menit sangat mungkin ada sekumpulan awan kecil kemudian terjadi kondensasi, pengembunan, hujan,” terang Halimurrahman.