Girls, tahu enggak kalau hari jadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu diperingati tiap tanggal 5 Oktober? Yep, tepat hari ini nih. Tanggal ini punya sejarah panjang di awal masa kemerdekaan. Tapi, singkatnya bisa diceritakan seperti ini, girls.
Demi menjaga kondisi keamanan negara, setelah Proklamasi Kemerdekaan, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) pada 23 Agustus 1945. Setelah itu secara bertahap dibentuk BKR Darat, BKR Laut, dan BKR Udara. Lalu, pada 5 Oktober 1945, Maklumat Pemerintah mengubah BKR menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang juga memasukkan para mantan anggota PETA (Pembela Tanah Air).
Nama Tentara Keamanan Rakyat ini pernah berubah menjadi Tentara Keselamatan Rakyat dan Tentara Republik Indonesia pada 1946. Satu tahun berikutnya, Presiden Soekarno kembali mengubah namanya menjadi Tentara Nasional Indonesia pada tanggal 3 Juni dengan Jenderal Soedriman ditunjuk sebagai Panglima Besar pertamanya. Meski nama TNI diciptakan tanggal 3 Juni, peringatan hari jadi tetap mengacu pada tanggal pertama pembentukkan TKR, yakni 5 Oktober.
Nah, setelah paham sejarah singkat penetapan hari jadi TNI, sekarang simak yuk bahasan tentang 5 tokoh TNI paling berjasa di Indonesia berikut ini!
Soedirman diangkat sebagai panglima besar pada 18 Desember 1948. Sehari setelahnya, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta. Soedriman beserta kelompok kecil tentara melakukan perjalanan kea rah selatan dan memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan. Beliau menjadi komando kegiatan militer di Pulau Jawa, termasuk Serangan 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh Letnal Kolononel Soeharto.
Ahmad Yani adalah Panglima Angkatan Darat ke-6 yang menjabat pada tahun 1962-1965. Pada periode awalnya bergabung dengan tentara republik, Yani berhasil mempertahankan Magelang dari serangan Inggris dan Belanda. Berkat keberhasilannya memimpin pasukan, Yani disebut sebagai “Juruselamat Magelang”.
Pada Agustus 1958, Yani memerintahkan Operasi 17 Agustus terhadap pemberontak, Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia di Sumatera Barat. Pasukannya berhasil merebut kembali Padang dan Bukittinggi.
Perdanakusuma bergabung dengan TKR pada tahun 1946 dan terlibat dalam berbagai misi penting mempertahankan kemerdekaan RI, salah satunya memimpin operasi pemboman ke kota Ambarawa, Salatiga, dan Semarang yang saat itu diduduki Belanda. Kepiawannya menjalankan tugas membuat Perdanakusuma dipromosikan menjadi Komodor. Pada Desember 1947, Perdanakusuma mendapat tugas membeli perlengkapan senjata di Thailand. Nahas, saat perjalanan pulang pesawat yang dikemudikannya jatuh dan menewaskan Perdanakusuma.
Pahlawan nasional yang dapat julukan bapak Fisiologi Indonesia ini masuk ke Angkatan Udara dan diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun pada 1946. Beliau juga turut mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang. Meski telah bergabung dengan TNI AU, beliau enggak melupakan profesinya sebagai dokter. Abdulrahman tetap memberikan kuliah pada Perguruan Tinggi Dokter di Klaten, Jawa Tengah.
Adisoettjipto adalah seorang pahlawan nasional dan Marsekal Muda Anumerta. Kemampuannya dalam menerbangkan pesawat didapatkannya dengan menuntut pendidikan di Militaire Luchtvaaart Opleiding School yang merupakan salah satu sekolah penerbangan di zamannya. Karena dinilai sangat ahli dalam menerbangkan pesawat, ia diminta untuk menjadi kepala staf AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia).
Pada tanggal 15 November 1945, Adisoetjipto mendirikan Sekolah Penerbang di Yogyakarta, tepatnya di Lapangan Udara Maguwo, yang kemudian diganti namanya menjadi Bandara Adisoetjipto, untuk mengenang jasanya sebagai pahlawan nasional.