6 Mitos Soal Persahabatan yang Harus Kita Buang Jauh-jauh

By Indra Pramesti, Minggu, 3 Desember 2017 | 13:00 WIB
Mitos tentang persahabatan ini sebaiknya kita buang jauh-jauh! (Indra Pramesti)

Teman mau nonton, kita harus ikut nonton. Dia mau ke kantin, kita harus ke kantin, Sebenarnya kita enggak perlu harus bareng-bareng ke mana-mana.

Sesekali perlu lho pergi sendirian. Karena penting juga bagi kita untuk saling memberi waktu dan ruang untuk berkembang.

Kalau kita enggak sreg pengin diajak jalan ke luar dan lebih suka di rumah, katakan saja dengan jujur. Persahabatan yang baik adalah saling menghargai keinginan satu sama lain.

(Baca juga: )

Kata mendukung kadang sering disalahartikan dalam persahabatan. Semua orang dituntut untuk mengiyakan apapun yang teman kita lakukan walaupun sebenarnya kita enggak suka atau enggak setuju.

Kalau teman berbuat salah dan punya sifat buruk, sebagai sahabat kita harus jadi orang pertama yang mengkritik dia. Jangan sampai dia jadi bahan omongan orang karena sifat buruknya itu.

Sampaikan kritik di saat yang tepat, misalnya waktu lagi santai.

Punya teman se-geng kadang melebihi segala hal di dunia ini. Tapi juga membuat kita jadi sulit terbuka dengan orang lain. Walau kita punya teman satu geng, jangan menutup kemungkinan kita berteman dengan orang lain atau geng lain.

Teman beda geng juga akan membuat kita tahu hobi atau hal-hal lain yang enggak dimiliki geng kita.

Seringkali dalam persahabatan kita dituntut untuk enggak ada rahasia. Apa pun masalah dan pendapat pribadi kita diketahui  oleh teman atau teman se-geng.

Padahal kita berhak untuk punya rahasia lho, apalagi kalau hal tersebut menyangkut masalah sensitif keluarga atau nama baik dan rahasia orang lain.

(Baca juga: )