Meski begitu, hysterectomy bukan lagi menjadi satu-satunya pilihan untuk menangani tumor fibroid. Ada sejumlah terapi medis yang bisa digunakan untuk memperlambat pertumbuhan tumor, termasuk treatment hormon, terapi ultrasound, atau myomectomy.
Jika tumor tidak perlu diangkat, ada treatment lainnya yang bisa dilakukan penderita seperti mengonsumsi ibupfofen, pil KB, atau ablation.
(Baca juga: 7 Mitos Soal Labia, Si Bibir Vagina, Yang Enggak Perlu Kita Percaya)
Salah satu gejala tumor fibroid yang paling umum adalah menstruasi yang berlebihan. Tumor fibroid juga bisa menyebabkan pendarahan di antara periode siklus menstruasi seorang perempuan, keinginan yang terus-menerus untuk buang air kecil, kram di bagian pelvis, dan abdomen yang membengkak.
Dilansir dari WomensHealth.mag, ginekolog Antonio Pizarro, MD mengatakan bahwa belum ada penyebab signifikan tentang hal-hal yang bisa memicu timbulnya tumor fibroid.
Penelitian terkini menyebutkan ada hubungannya dengan hormon estrogen dan progesterone, karena tumor sendiri jarang muncul sebelum menstruasi pertama seorang perempuan dan setelah menopause.
Stres, diet, dan faktor lingkungan juga disebut memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tumor.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa setidaknya 70% hingga 80% perempuan akan memiliki tumor fibroid saat berusia 40 hingga awal 50 tahun.
Mayoritas perempuan yang memiliki tumor fibroid akan memiliki isu soal kehamilan. Ini disebabkan karena beberapa tipe tumor fibroid bisa berubah bentuk dan makin besar ukurannya, sehingga mempengaruhi kemampuan seorang perempuan untuk hamil.
Tumor fibroid juga menyebabkan enam kali lebih besar risiko seseorang perempuan melahirkan dengan operasi cesar dan risiko pendarahan setelah melahirkan.
(Baca juga: 6 Masalah Kesehatan yang Bisa Diketahui Dari Menstruasi Pertama Kita)