Kasus pedofilia kembali marak di tanah air dengan berbagai kasus yang kian muncul sejak akhir tahun 2017 hingga awal tahun ini. Salah satunya yang mencuat adalah penangkapan yang dilakukan oleh Stauan Reserse Kriminal Unit V Pelayanan Perempuan dan Anak Kepolisisan Resor Tangerang Kota terhadap tersangka Udin alias Babeh pada 20 Desember 2017.
Dilansir dari Republika.co.id, lewat hasil pemeriksaan, diketahui bahwa kasus pedofilia yang dilakukan oleh Babeh telah berlangsung sejak April 2017. Dalam praktiknya, pelaku berpura-pura sebagai dukun. Para korban akhirnya tertarik mendatangi gubuknya karena menganggap pelaku memiliki ajian ‘semar mesem’ dan bisa mengobati orang sakit.
Sampai dengan 6 Januari 2017, sebanyak 41 anak dipastikan menjadi korban. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari laporan sebelumnya, yaitu 25 anak. Ke-41 anak tersebut sekarang menjalani penyembuhan atau trauma healing di Unit Perlindungan Perempuan dan Anakl Polresta Tangerang.
Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan penyakit pedofilia? Yuk, simak penjelasan tentang kasus pedofilia yang kembali mengancam dan bagaimana cara kita menghadapinya.
(Baca juga: Penting Buat Kita Tahu, Waspadai Ciri-Ciri Pedofil atau Predator Online)
Menurut psychologytoday.com, pedofilia adalah mereka yang memiliki ketertarikan seksual dengan anak usia di bawah 13 tahun. Akibat kelainan yang enggak wajar ini, mereka enggak bisa bebas menyalurkan hasrat seksualnya. Sehingga mereka pun melakukan pelecehan atau pencabulan pada anak-anak di bawah umur.
Menurut psikolog Diena Haryana, seharusnya sebagai orang dewasa bisa berpikir baik atau buruknya suatu perbuatan, namun bagi seorang pedofil, semua pikirannya enggak berjalan sehingga dia terus melakukan tindakan pedofilia. “Di dalam otaknya sudah ada semacam kecanduan seksual yang mendominasi saraf otaknya,” ujar Diena dilansir dari Tempo.co.
Dilansir dari psychologytoday.com, faktor penyebab pedofilia masih belum diketahui. Ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa hal tersebut berasal dari keluarga secara turun temurun, meski begitu alasan pastinya masih belum jelas membuktikan jika pedofilia dipengaruhi oleh genetik semata.
Sempat juga berkembang paham jika penyebab pedofilia adalah trauma di masa lalu, dimana seseorang pernah menjadi korban dari kekerasan seksual. Meski alasan ini terdengar cukup kuat, dalam studinya yang berjudul “The etiology of anomalous sexual preferences in men", psikolog Vernon Quinsey menolak hipotesa bahwa pelecehan seksual sewaktu kecil dapat mengubah seseorang menjadi pedofil.
Hal tersebut juga disetujui oleh Dr. Michael Seto, seorang psikolog spesialis pedofilia, yang menganggap bahwa trauma di masa lalu tidak berpengaruh pada tindakan pedofil yang dia lakukan di kemudian hari.
berdasarkan penelitian yang dilakukan para ilmuwan, gejala pedofilia di antaranya adalah eprasaan inferior, terisolasi, dan bahkan depresi. Mereka takut orientasi seksual mereka diketahuii, sehingga mereka mengusolasi diri dari orang lain.
Berdasarkan diagnosa medis, pedofilia adalah salah satu gangguan kejiwaan yang dibagi menjadi tiga jenis.
1. Immature pedophiles: yakni pedofilia yang cenderung melakukan pendekatan pada target dengan memberikan iming-iming pada korban.
2. Regressed pedophiles: yakni pedofilia yang beraksi dengan langsung memaksa korban tanpa memberikan iming-iming tertentu.
3. Agressive pedophiles: yakni pedofilia yang paling parah, dimana pelaku memiliki keinginan untuk menyerang korban, bahkan berpotensi membunuh korban.
(Baca juga: Ancaman Pedofilia di Internet Buat Kita dan Cara Menghadapinya)