Pada Selasa (14/3), polisi membongkar kasus kekerasan seksual pada anak di grup Facebook Official Candy's Groups. Grup ini adalah komunitas pedofil yang saling berbagi konten pelecehan dan pornografi anak. Empat pelaku telah ditangkap oleh polisi.
"Member harus mengirimkan gambar-gambar yang dia buat (saat) melakukan kejahatan seksual dengan anak kecil kepada member yang lainnya. Kemudian posting video atau gambar porno yang anaknya belum pernah di-upload, jadi ada korban baru," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan dilansir dari Kompas.com.
Anggota yang mengirimkan foto tindak kejahatannya kepada admin diberi upah 15.000 rupiah tiap kali ada yang mengklik foto itu. Foto yang dikirimkan adalah bagian tubuh anak atau anak yang sedang dicabuli. Ngeri banget kan?
Sebenarnya seperti apa sih jaringan pedofilia? Dan gimana supaya kita bisa internetan dengan aman tanpa harus khawatir sama mereka? Yuk kita simak ancaman pedofilia buat kita dan bagaimana menghadapinya.
Baca juga: 5 Kisah Nyata Kehidupan Cewek di Belahan Dunia Ini Lebih Seram dari Film Horor
Ancaman pedofilia
Menurut psychologytoday.com, pedofilia adalah mereka yang memiliki ketertarikan seksual dengan anak usia di bawah 13 tahun. Akibat kelainan yang enggak wajar ini, mereka enggak bisa bebas menyalurkan hasrat seksualnya. Sehingga mereka pun melakukan pelecehan atau pencabulan pada anak-anak di bawah umur.
Menurut psikolog Diena Haryana, seharusnya sebagai orang dewasa bisa berpikir baik atau buruknya suatu perbuatan, namun bagi seorang pedofil, semua pikirannya enggak berjalan sehingga dia terus melakukan tindakan pedofilia. “Di dalam otaknya sudah ada semacam kecanduan seksual yang mendominasi saraf otaknya,” ujar Diena dilansir dari Tempo.co.
Dengan berkembangnya internet, pedofil mulai beraksi di berbagai media sosial. Menurut Media Kit on Sexual Assault yang dibuat oleh Institut national de santé publique du Québec (INSPQ), terdapat empat tipe pedofil online:
1. Collector, berhubungan dengan pengguna internet tapi enggak aktif di komunitas.
2. Collector/distributor, berpartisipasi aktif dengan komunitas pornografi anak. Mereka biasa membuat grup di media sosial untuk menyalurkan kesukaannya pada anak-anak dan mencari teman yang memiliki ketertarikan serupa.
3. User/abuser, terkadang membuat dan menyebarkan pornografi yang dia lakukan
4. Occasional user, enggak pernah mengunduh pornografi, sehingga sulit untuk di-track keberadaannya
Para predator seksual yang mencari mangsa biasanya membuat profil palsu. Mereka membuat akun palsu dengan foto dan umur yang lebih muda supaya bisa menarik perhatian sampai si calon korban terjatuh ke perangkapnya. Namun, ada juga predator seksual yang enggak memalsukan profilnya. Dia jujur terhadap umur dan fotonya, tapi dia biasa mengaku sebagai teman atau mentor yang akan membimbing si calon korban.
Klik halaman selanjutnya untuk tahu bentuk dan cara menghadapi pedofilia!
Baca juga: Hati-hati! 6 Hal Negatif Ini Bisa Jadi Lebih Parah Saat Kita Memasuki Masa Remaja
Penulis | : | Intan Aprilia |
Editor | : | Intan Aprilia |
KOMENTAR