Larry Nassar Ditahan 175 Tahun Penjara Karena Kekerasan Seksual Terhadap Anak. Ini 5 Hal yang Bisa Dipelajari

By Ifnur Hikmah, Kamis, 25 Januari 2018 | 07:30 WIB
Larry Nassar dihukum 175 tahun penjara karena terbukti melakukan kekerasan seksual pada anak-anak (Ifnur Hikmah)

Selama puluhan tahun, dokter tim gymnastic Amerika dan tim kesehatan di Michigan State University, Larry Nassar, terbukti melakukan kekerasan seksual terhadap 156 anak perempuan.

Kasus ini menyita perhatian karena jumlah korban yang banyak dan pelaku yang merupakan seseorang yang dipercaya oleh para korban.

Satu demi satu para korban akhirnya bersuara dan mengungkapkan kekerasan seksual yang mereka alami dulu.

Kasus ini bermula ketika ada laporan investigative di The Indianapolis Star dan mantan atlet, Rachael Denhollander, yang mengungkapkan kasus ini ke publik.

Setelah itu, beberapa atlet lainnya mulai mengungkapkan hal yang sama, seperti McKayla Maroney, Aly Raisman, Simone Biles, dan lainnya. Para atlet ini mengaku mendapatkan kekerasan seksual dari Larry Nassar dengan menjadikan treatment kesehatan sebagai alasan.

Berlangsung sejak November, akhirnya Judge Rosemarie Aquilina membacakan putusannya. Larry Nassar terbukti bersalah dan dihukum penjara selama 175 tahun.

(Baca juga: 9 bentuk kekerasan seksual yang penting untuk kita ketahui)

Ketika membacakan putusan sidang, Judge Aquilina menyadarkan kita kalau kekerasan seksual ini masih banyak yang dibungkam. “The National Crime Victimization Survey yang dilakukan oleh Justice Department menemukan bahwa hanya ada 310 dari 1000 kasus kekerasan yang dilaporkan ke polisi, itu berarti dua dari tiga kasus tidak dilaporkan.

Suara para survivor ini mengajak kita semua untuk melaporkan, untuk terus bersuara, suaranya Rachel (Rachel Denhollander pertama kali mengungkapkan kasus ini) diharapkan bisa menambah jumlah kasus yang dilaporkan.

Namun, statistik ini tidak meliputi anak-anak 12 tahun ke bawah. Satu dari 10 anak-anak akan merasakan kekerasan seksual sebelum ulang tahun ke-18. Satu dari tujuh perempuan, satu dari 25 laki-laki, di ulang tahun ke-18.

Saya tidak bicara untuk negara lain, tapi di Amerika, 400.000 orang bayi yang lahir bisa terancam menjadi korban dari kekerasan seksual pada anak-anak.

Itu harus diakhiri sekarang. Bicaralah seperti para survivor ini, menjadi bagian dari pasukan ini.”

(Baca juga: drama Korea yang mengangkat soal kekerasan seksual dan iso sosial lainnya)

Meski terjadi di Amerika, ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari kasus ini. Terlepas dari apakah kita korban atau saksi, atau sekadar orang yang mengikuti kasus ini dari jauh.

Dari kasus ini, berikut lima hal yang bisa kita pelajari.

Kyle Stephens, salah satu survivor yang mengalami kekerasan seksual oleh Dr. Nassar, waktu itu berumur 12 tahun. Saat melaporkan ke orangtuanya, dia tidak dipercaya karena si dokter adalah teman baik keluarganya.

Menurut Angela, banyak korban Dr. Nassar yang mengadu kepada orang dewasa tapi tidak dipedulikan. Bahkan hingga sekarang, masih banyak yang menyangsikan kalau Nassar bersalah, meski semua bukti dan pengakuan korban sudah ditunjukkan. “Saya harap mereka melihat dan mendengarkan dan belajar dari hal ini,” ujar Angela.

(Baca juga: 8 hal soal kekerasan seksual yang bisa terjadi di kampus)

Dokter tentunya adalah profesi terhormat. Apalagi dokter yang dipercaya menangani atlet nasional. Namun hal ini tidak menghalangi niat jahatnya.

Dengan kata lain, hal ini menyadarkan kita bahwa siapa saja bisa menjadi pelaku. Dalam beberapa kasus, pelaku kekerasan seksual bisa jadi adalah anggota keluarga atau orang dekat kita.

“Pelaku kekerasan seksual terhadap anak-anak bersembunyi di sekitar kita,” ujar Angela.

(Baca juga: 5 hal yang bisa kita lakukan kalau jadi saksi kekerasan seksual di tempat umum)

Mungkin ada pertanyaan, kenapa kasus ini di-blow up sekarang? Beberapa survivor menyebutkan dalam persidangan kalau mereka pernah melaporkan kejadian ini.

Hanya saja, tidak banyak yang menindaklanjuti laporan tersebut. Di Indonesia, hal yang sama juga terjadi. Bahkan, 40% kasus kekerasan seksual di Indonesia malah sengaja dibungkam, baca berita lengkapnya di sini.

Karena itu, kasus ini diharapkan dapat memperbaiki sistem keadilan sehingga semua kasus yang dilaporkan bisa diusut tuntas.

Tentunya, kita juga berharap akan hal yang sama terjadi di Indonesia, sehingga tidak ada lagi kasus yang dibungkam.

(Baca juga: hollywood dan kekerasan seksual. kenapa korban memilih diam?)

Dalam surat pembelaan diri yang dia tulis, Nassar menyebutkan kalau dia adalah dokter yang terpercaya. Banyak yang merekomendasikan dirinya kepada kolega atau keluarga lain.

Angela menyebutkan bahwa setiap pelaku umumnya bisa memanipulasi sehingga korban percaya kepadanya. Juga keluarga, dan dengan kepercayaan itu, pelaku merasa bebas melakukan tindakannya.

(Baca juga: 6 bentuk perlindungan diri yang bisa dilakukan penyintas kekerasan seksual)

Selama puluhan tahun kasus ini terjadi begitu saja, hingga akhirnya satu per satu mulai berani bicara. Tentu saja, berani bicara ini bukan hal yang mudah. Dari penjelasan hakim, bisa kita lihat masih banyak yang diam.

Alasannya adalah karena korban merasa tidak berdaya. Aly Raisman, dalam persidangan berkata, kalau dulu dia tidak berdaya, dan dia tidak bisa bersuara. Namun trauma itu terus menghantuinya, sampai akhirnya dia bisa bicara sekarang ketika sudah memiliki kekuatan.

“Little girls don’t stay little forever. They grow into strong woman that return to destroy your world,” ungkap Kyle Stephens di persidangan.

Selain dari segi pelaku, wajib juga bagi orang-orang di sekitar untuk mendengarkan. Seperti Kyle Stephens yang sudah berani bicara tapi tidak didengarkan.

(Baca juga: seleb Hollywood yang pernah jadi korban kekerasan seksual saat kecil)

Survivor dan support system di sekitarnya harus saling bahu membahu, sehingga kita bisa menuntut keadilan yang sesungguhnya. Dan juga, agar tidak ada lagi kasus yang dipendam, atau malah dibungkam.