Kurdistan salah satu tempat yang sering terjadi honor killing ini. Di 2017 sendiri, ada 14 orang perempuan yang menjadi korban.
Seperti Hevin, yang baru berumur empat belas tahun yang dibunuh oleh ayahnya karena terlihat naik ke mobil yang tidak dikenal keluarganya. Meski sudah ditangkap, sang ayah mengaku ke polisi kalau dia tidak menyesal sudah membunuh anaknya.
Juga ada Payman, yang bercerai dari suaminya karena berselingkuh. Setelah saudara laki-lakinya tahu alasan perceraian ini, dia menembak sang adik. Sang ibu tidak melaporkan tindakan anak laki-lakinya, malah bangga dengan apa yang dilakukan anaknya tersebut.
Bukan hanya di daerah asalnya, beberapa imigran tetap memberlakukan hukuman ini sekalipun mereka berada di negara lain. Data dari Honor Based Violence Awareness Network (HBVAN) menunjukkan bahwa rata-rata terjadi 12 kasus honor killing di Ingris. Dan ada 5000 kasus di dunia setiap tahunnya.
(Baca juga: kisah penghayat kepercayaan asli Indonesia yang agamanya tidak diakui dan mengalami diskriminasi)
Data ini baru yang tercatat, karena sejatinya jumlah yang sebenarnya jauh lebih banyak karena tidak ada yang melaporkan. Pelakunya seringkali memang laki-laki dari keluarga, tapi di beberapa tempat ada pengadilan yang memutuskan untuk dilakukannya pembunuhan ini.
Seperti misalnya di Pakistan. Meskipun hukum untuk pelaku honor killing sudah semakin ketat, tetap saja kejadian ini tidak bisa dihindarkan.
Contohnya di Agustus 2017 lalu, sepasang remaja 17 dan 15 tahun dibunuh oleh keluarga dan tokoh masyarakat karena memutuskan untuk kawin lari di Karachi.
Di bulan yang sama, seorang suami di Lahore memenggal istrinya yang menolak untuk berhenti bekerja di pabrik. Di Juni, di pengadilan masyarakat di Khyber menyetujui untuk membunuh seorang anak perempuan 13 tahun karena diyakini kabur dengan seorang laki-laki, tapi beruntung dia berhasil diselamatkan.
(Baca juga: kisah murid membunuh guru, kenapa remaja sulit mengontrol emosi?)